ads
106 Tahun Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah: Semakin Tua Semakin Besar 

106 Tahun Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah: Semakin Tua Semakin Besar 

Smallest Font
Largest Font

YOGYA – Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta menggelar acara ‘Resepsi Milad Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta ke-106 dan Muhammadiyah ke-112’ dengan tema ‘Tanggap Tangguh’.

Acara tersebut berlangsung pada hari Ahad (24/11) di Halaman Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dan disiarkan secara virtual melalui kanal Youtube Mu’allimaat Jogja.

Advertisement
ads
Scroll To Continue with Content

Serangkaian aganda dilakukan mulai dari penayangan video dan penampilan dari santriwati, yakni tahfidz, menyanyi dan menari Ratoh Jaroe. Dilanjutkan dengan sambutan oleh Direktur Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta Unik Rasyidah, M.Pd., BPH Mu’allimin-Mu’allimaat Dr. (HC). M. Habib Chirzin, M.Ag. dan Kakanwil Kemenag DIY yang diwakilkan oleh Ketua Tim Kerja I Bidang Kesiswaan dan Kurikulum Hj. Anita Isdarmini, S.Pd., M.Hum.

Amanat resepsi milad disampaikan oleh Dr. Hj. Siti Noordjannah Djohantini, M.M., M.Si., merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat `Aisyiyah Periode 2010-2022. 

Acara yang tidak kalah penting adalah penyerahan reward Umroh untuk guru dan karyawan serta prestasi guru, karyawan dan santriwati Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Di tengah acara diselingi dengan pertunjukan dari ekstrakurikuler Karawitan dan ditutup dengan penampilan memukau dari ekstrakurikuler Band.

Resepsi ini merupakan acara puncak dari serangkaian Milad Mu’allimaat ke-106 tahun yang diawali dengan Bakti Sosial Pemeriksaan Kesehatan pada 3 November 2024, Simulasi Mitigasi Bencana serentak di 17 titik asrama yang dilaksanakan pada tanggal 7 November 2024, dilanjutkan Jalan Sehat dan Aksi Bergizi pada 20 November 2024.

Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta semakin tua semakin besar. Menilik ke belakang tentang sejarah Mu’allimaat, yakni dimulai pada tahun 1918, K.H.A. Dahlan mendirikan Al-Qismul Arqa yang kemudian diubah menjadi Pondok Muhammadiyah (tahun 1921), lalu menjadi Kweekschool Moehammadijah (1923). Kemudian tahun 1924 siswa Kweekschool Islam dipisah antara pria dan wanita. Kweekschool Muhammadiyah untuk putra dan Kweekschool Istri untuk putri.

Baru pada tahun 1932 Kweekschool Muhammadiyah diubah menjadi Madrasah Mu‘allimin, Kweekschool Istri diubah menjadi Mu‘allimaat. Setahun kemudian kedua madrasah tersebut dipisah. 

Madrasah Mu‘allimin berlokasi di Ketanggungan Yogyakarta dan Madrasah Mu‘allimaat bertempat di Kampung Notoprajan Yogyakarta. Lalu pada Kongres Muhammadiyah Ke-23 tahun 1934 di Yogyakarta, ditegaskan bahwa Madrasah Mu‘allimin-Mu‘allimaat Muhammadiyah Yogyakarta merupakan Sekolah Kader Persyarikatan Tingkat Menengah yang diadakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta di usia 106 tahun ini memberikan tanda bahwa sudah melewati banyak tantangan. Unik Rasyidah, selaku Direktur meyakini bahwa berbagai perubahan telah dialami oleh madrasah ini telah dilalui dengan baik dan betapa hebatnya tetap berdiri.

“Kehidupan Mu’allimaat dalam sejarahnya adalah sering berpindah-pindah. Menandakan selalu dinamis dan mengikuti peradaban yang ada. Semakin tahun semakin berkembang saat ini sudah mulai merambah ke internasional. Mu’allimaat selalu membuka jaringan-jaringan internasional dalam rangka membesarkan amal usaha dan dunia pendidikan”, tegasnya.

Unik juga menuturkan bahwa Ahmad Dahlan sangat berpihak kepada perempuan, terbukti dengan adanya madrasah ini. Hadirnya Mu’allimaat sebagai semangat menjadikan laboratorium yakni para perempuan-perempuan terdidik berilmu dan berdaya.

“Agar madrasah ini berkembang dengan pesat. Madrasah ini semakin tahun harus semakin baik. Mengusung kader ulama pemimpin dan pendidik harus tertanam menjadi jiwa dalam diri peserta didik. Di usia 106 ini, memiliki keyakinan bahwa tujuan mulia ini akan tercapai, yakni mewujudkan cita-cita Ahmad Dahlan dalam mewujudkan perempuan terdidik”, pungkasnya.

Ucapan selamat dan harapan besar turut disampaikan oleh Habib Chirzin, M. Menurutnya, Mu’allimaat ini adalah representatif sekolah yang sudah terpadu. Tidak hanya sekolah yang berasrama, melainkan sekolah yang sudah menggabungkan berbagai disiplin ilmu mulai dari agama, umum dan kesenian.

“Adanya penampilan-penampilan yang ditampilkan di resepsi ini merupakan model pendidikan yang terpadu dan sudah diterapkan di sini. Ada dua bekal pendidikan yang akan anak-anak dapatkan yakni inovasi dan kreativitas”, tuturnya.

Dunia pendidikan yang semakin beragam dan berkembang seperti sekarang ini, perlu sekolah-sekolah percontohan. Dan ini sudah dimulai sejak awal pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan.

“Mu’allimaat benar-benar dijadikan sebagai model pendidikan di masa depan”, tegasnya.

Anita Isdarmini menuturkan bahwa Mu’allimaat di usia 106 tahun ini bukan hanya matang tetapi sudah kuat sudah menjadi rujukan madrasah Indonesia.

“Jika membicarakan rujukan madrasah di Indonesia pasti menyebut Mu’allimaat. Mu’allimaat hadir untuk melahirkan perempuan-perempuan hebat. Begitu perhatiannya Muhammadiyah dalam dunia pendidikan yakni dengan lahirnya Mu’allimaat”, tegasnya.

Menurutnya, Madrasah Mu’allimaat ini adalah salah satu unggulan di DIY dengan prestasinya yang melejit. “Selamat untuk melaju pesat. Selamat untuk menjadi madrasah yang kuat. Selamat untuk anak-anak yang tepat memilih Mu’allimaat”, pungkasnya.

Sebagai santriwati Mu’allimaat harus bangga dari sekarang, bukan bangga ketika sudah menjadi alumni saja. Itulah ulasan amanat resepsi milad Mu’allimaat disampaikan oleh alumni 50 tahunan lalu dan juga Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Periode 2010-2022, Siti Noordjannah Djohantini.

Ia memandang Mu’allimaat bisa menuangkan harapan ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah dengan 6 tahun di Mu’allimaat yang sangat mengesankan.

“Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah diharapkan melahirkan pendidikan dan penghidupan yang maju. Ahmad Dahlan menggagas pergerakan modern. Pergerakan Islam dimulai dari Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Laboratoriumnya adalah Mu’allimaat”, tegasnya.

Madrasah Mu’allimaat sudah sepantasnya dan seharusnya memiliki prestasi yang luar biasa. Dimana para kadernya bertebran, memberikan tanda-tanda sebagai alumni Mu’allimaat. Jangan larut dengan kehidupan yang serba hedonis seperti sekarang ini.

“Identitas yang selalu melekat adalah adanya kepemimpinan dan kaderisasi yang kuat. Pendidikan dengan karakter dan penanaman jiwa-jiwa Islam yakni keIslaman dan Kemuhammadiyahan di Mu’allimaat. Standar berbeda. Dari sini akan melahirkan ilmu dan amal yang seimbang”, jelasnya.

Iman, ilmu dan amal yang dihasilkan ini memunculkan empati dan komitmen. Yakni untuk bekal di akhirat. Adanya perubahan sosial, geopolitik, dan cara pandang mempengaruhi semua lini kehidupan. Tetapi ketika berpijak yakni tetap membawa basis keIslaman yang didapat di Mu’allimaat.

Acara ini dihadiri juga oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, BPH Mu’allimin-Mu’allimaat, Direksi Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, Kepala Kantor Kementerian Agama DIY, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta, Mantri Pamong Praja Kemantren Ngampilan dan pemerintahan setempat, Ketua Komite MTs dan MA Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, berbagai pihak kerjasama seperti BPD Syariah, Muamalat, Bukopin Syariah, BSI, dan dihadiri oleh para alumni dari masa ke masa.

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Paling Banyak Dilihat