Abdul Munir Mulkhan Usulkan Pembentukan Pustaka Pribadi Muhammadiyah

Abdul Munir Mulkhan Usulkan Pembentukan Pustaka Pribadi Muhammadiyah

Smallest Font
Largest Font

YOGYA – Aktivis muda Muhammadiyah sekarang banyak yang tidak tahu karya historis gerakan Muhammadiyah. Hal tersebut berdampak pada kepercayaan diri para aktivis muda dalam komunikasi publik. Juga, mereka gagal memahami kontribusi para pendahulu persyarikatan ini untuk memajukan bangsa dan negara.

Keresahan ini disampaikan Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan dalam diskusi panel Kongres Sejarawan Muhammadiyah 2021, Sabtu (27/11), di Amphitarium Kampus Utama Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jalan Ringroad Selatan Yogyakarta. Tajuk diskusi ini “Best Practice Merawat Arsip-Arsip Muhammadiyah Secara Independen”.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Prof. Munir memaparkan, pada masa lampau, saat awal berdirinya Muhammadiyah, para anggota selalu mencatat aktivitasnya dalam setiap kegiatan Muhammadiyah. Baik itu kongres/muktamar, rapat pimpinan, dan kegiatan-kegiatan lain.

“Kalau kita baca dokumen lama, sumber-sumber sejarah tertulis Muhammadiyah bisa dilihat dalam almanak. Sejak tahun 1930-an, setiap kongres/muktamar selalu dibuat almanaknya. Sampai 1960-1970-an, almanak itu sudah tidak terbit lagi,” paparnya.

Padahal, lanjut Abdul Munir, setiap kongres/muktamar selalu ada terbitan almanak. Bahkan, catatan kongres juga memuat usul-usul peserta dari berbagai delegasi. Ini menunjukkan betapa sangat tertibnya para anggota kala itu.

“Ada rencana untuk menerbitkan kembali almanak, namun belum terwujud hingga sekarang,” kata Munir.

Selain almanak, berbagai sumber sejarah lain bisa dibaca, seperti dokumen-dokumen resmi berupa hasil Tanwir atau keputusan PP Muhammadiyah, terbitan majelis, biro, dan badan pimpinan tingkat pusat, wilayah, serta daerah. Ada juga laporan penelitian dan kesaksian para tokoh aktivis gerakan tiap angkatan, yaitu pendiri, perintis, pelanjut, pembaru, dan seterusnya.

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga ini juga menyimpan banyak dokumen berkaitan dengan sejarah Muhammadiyah, berupa kopian kumpulan tulisan sejarah Muhammadiyah hasil Tim Penulisan Sejarah Muhammadiyah bentukan PP Pustaka dipimpin Drs. H. Abuseri Dimyati.

“Saya juga menyimpan kopian bundelan arsip-arsip surat K.H. Ahmad Dahlan yang tebalnya kira- kira 3 cm dan masih ada di Kantor PP Muhammadiyah Jakarta,” papar Munir.

Dalam rangka melestarikan sejarah Muhammadiyah, Munir mengajak warga persyarikatan, terutama para aktivis muda, untuk mengkaji kembali rekam jejak Muhammadiyah pada masa lampau. Tujuannya, mengetahui dan meneladani jasa para pendahulu, sehingga dapat menaikkan semangat melanjutkan perjuangannya.

Dalam diskusi, Prof. Munir mengusulkan agar dipertimbangkan pembentukan pustaka pribadi Muhammadiyah dalam koordinasi. Sehingga lembaga pustaka di sejumlah Perguruan Tinggi Muhammadiyah & ‘Aisyiyah punya buku yang dimiliki beberapa aktivis/tokoh Muhammadiyah untuk dapat dipelajari aktivis muda. (*)

 Wartawan: Dzikril Firmansyah Atha Ridhai
Editor: Heru Prasetya

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow