Agus Taufiqurrahman Ungkapkan Tiga Nilai Muhammadiyah Hadapi Covid-19
BANDUNG – Menghadapi pandemi Covid-19 Muhammadiyah menerapkan 3 (tiga) nilai utama yaitu imaniah, ilmiah, dan harokah. Hal itu disampaikan Ketua PP Muhammadiyah, Agus Taufiqurrahman, di Universitas Muhammadiyah Bandung, Kamis (6/1).
Acara tersebut dalam rangka Monitoring dan Evaluasi Program Sigap Lawan Corona (Silana) yang diselenggarakan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP sekaligus peresmian Kampus Sehat Covid-19 dan poliklinik UM Bandung di Auditorium KH. Ahmad Dahlan.
Silana merupakan program penanggulangan Covid-19 kerjasama MDMC PP dengan LSM asal Amerika Serikat, Direct Relief, dan dilaksanakan secara teknis melalui MCCC PP. Fokus program pada diseminasi informasi mengenai Covid-19 dan pencegahan penularannya.
Dalam nilai imaniah yang benar, Agus Taufiqurrahman mencontohkan, saat awal pandemi Covid-19, melalui media sosial banyak banyak beredar pesan mempertanyakan mengapa harus pakai masker, kalau memang jatahnya sakit sembunyi pun akan sakit.
Padahal, lanjutnya, dalil agama jelas. Kita diperintahkan Rasul laa dharara wala dhirar. Janganlah kalian melakukan perbuatan yang membahayakan diri dan membahayakan orang lain.
“Prinsip ini yang oleh MCCC kemudian dikawal agar masyarakat itu menghadapi pandemic dengan nilai-nilai iman yang benar. Nilai ajaran Islam yang ada di Al-Qur’an dan As-Sunah,” kata Agus.
Muhammadiyah menegaskan, seluruh rangkaian menghadapo Covid-19 adalah bentuk jihad kemanusiaan. Hal ini menjadikan banyak warga persyarikatan tertantang. Jihad ini panggilan ibadah,panggilan dakwah.
Bagaimana tidak jihad kemanusiaan kalau Al-Qur’an menyebut waman ahyaaha fa-ka annama ahya an-naasa jami’an. Kita mengawal agar orang tidak terserang covid dan kemudian ia terselamatkan nyawanya.
“Barangsiapa menyelamatkan satu kehidupan, maka baginya mendapatkan pahala seperti menyelamatkan seluruh kehidupan,” jelasnya.
Agus Taufiqurrahman menambahkan, secara iman dikawal betul agar tidak ada lagi masyarakat salah tanggap, salah sikap, salah perilaku, menghadapi pandemi Covid-19.
Juga karena prinsip Islam itu rahmatalil’alamin, tidak ada sekat agama, suku bangsa, semua harus ditolong untuk urusan kemanusiaan.
Kedua, Muhammadiyah mengawal gerakan menghadapi pandemi dengan prinsip ilmiah, ilmu yang benar. “Kita undang pakar-pakar yang memang khusus mengawal, mengkaji sesuai ilmunya. Kampus-kampus kita ajak berdiskusi agar yang kita lakukan sesuai kaidah ilmiah,” imbuhnya.
Dalam prinsip harokah seluruh gerakan dalam menghadapi pandemi harus menjadi gerakan terstruktur terkait dengan lembaga lain. Karena tidak mungkin menyelesaikan pandemi sendirian.
Ketua MDMC PP, Budi Setiawan, menjelaskan bahwa kegiatan itu untuk memonitor sejauh mana program Silana bisa diserap masyarakat. “Kita mendapatkan pembelajaran dari program yang dilaksanakan pada kurun waktu tertentu,” kata Budi.
Ia menyinggung pesan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam Milad ke-109 Muhammadiyah, yaitu nilai ketauhidan untuk kemanusiaan dan memuliakan manusia.
“Program Silana merupakan bagian dari program memuliakan manusia, untuk menjaga kesehatan manusia,” ujarnya.
Sekretaris Daerah Pemprov Jawa Barat, Setiawan Wangsaatmaja, mendorong UM Bandung mempunyai jurusan kedokteran karena Propinsi Jawa Barat harus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, baik infrastruktur maupun sumber daya manusia.
“Saya melihat peran Universitas Muhammadiyah ini sangat strategis untuk mencetak manusia-manusia unggul di bidang kesehatan,” kata Setiawan. (*)
Berita ini diterima mediamu.com dari Humas MCCC PP
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow