‘Aisyiyah Berkontribusi dalam Transformasi Kesehatan Indonesia
YOGYA – ‘Aisyiyah memiliki 18 rumah sakit dan 45 klinik telah turut berkontribusi dalam transformasi kesehatan di Indonesia.
Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Dante Saksono Harbuwono, di depan peserta Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Kesehatan, Majelis Pendidikan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan ‘Aisyiyah Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Jum’at (17 Muharram 1445 H bertepatan 4 Agustus 2023), menyampaikan pilar transformasi sistem kesehatan di Indonesia untuk menjawab berbagai permasalahan yang terjadi di Indonesia.
Dalam acara yang berlangsung di Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Dante juga mendorong berdirinya rumah sakit maupun klinik ‘Aisyiyah di berbagai lokasi.
Hal ini dikarenakan masih kurangnya akses ke layanan primer. Dari 273,5 juta penduduk, hanya ada 10.000 Puskesmas. “Ini tidak cukup untuk mengakses layanan primer di bidang kesehatan,” ujar Dante.
Wamenkes juga mendorong dibukanya fakultas-fakultas kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah. Hal ini dikarenakan masih kurangnya dan tidak meratanya sumber daya manusia (SDM) di bidang kesehatan.
Harusnya 1 dokter untuk seribu penduduk. Tapi di Indonesia 0.47 dokter per 1.000 penduduk. Data ini jauh dari rata-rata dunia yakni 1,76 dokter per 1.000 penduduk.
Menurut Dante, saat ini dengan jumlah dokter umum di Indonesia sebanyak 144 ribu orang, maka dibutuhkan 172 ribu orang.
Jumlah lulusan dokter 12 ribu setiap tahun, maka kalau tidak melakukan transformasi kesehatan di bidang SDM ini, maka butuh waktu 10-12 tahun untuk mencukupi tenaga kesehatan di seluruh Indonesia.
Salah satu upaya yang ditempuh Kementerian Kesehatan RI untuk meningkatkan ketersediaan dokter adalah dengan menyiapkan 2.500 beasiswa pendidikan bagi tenaga kesehatan.
Tahun lalu ada 1.000 beasiswa, baru tercapai 600. Dan ‘Aisyiyah juga boleh untuk mengajukan LPDP tinggal digunakan. “Sehingga bisa mendidik tenaga spesialis atau alih jenjang yang lebih tinggi,” papar Dante.
Penguatan upaya preventif, juga disebut Dante, menjadi salah satu transformasi kesehatan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI. “Penguatan upaya preventif di layanan primer dilakukan agar kita tidak mengalami pembiayaan yang besar dan preventif menjadi modal utama,” tegasnya.
Dante mencontohkan, jika sebelumnya terdapat 11 imunisasi rutin, maka dalam transformasi kesehatan ini terdapat 14 imunisasi rutin, yakni vaksinasi HVP sebagai vaksin bagi pencegahan kanker serviks.
Menurutnya, kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor dua setelah kanker payudara. “Dan ini bisa dicegah dengan vaksinasi pada anak sekolah kelas 5 dan 6,” terangnya.
Selain itu, juga Rotavirus Vaksin yang ditujukan untuk mencegah diare pada balita. Hal ini karena diare menjadi penyebab kematian yang besar pada bayi. Kemudian Pneumonia Vaksin yang diberikan kepada anak supaya tidak terkena infeksi paru-paru.
Kegiatan preventif lain adalah terkait screening penyakit yang diupayakan oleh Kementerian Kesehatan untuk dapat ditanggung oleh BPJS.
Selain itu juga Kemenkes RI sedang negosiasi dengan BPJS supaya pemeriksaan screening ini bisa ditanggung oleh BPJS sehingga BPJS bisa menanggung biaya medical check up bagi kelompok risiko tinggi dan juga bagi para peserta BPJS. “Karena dengan medical check up kita tahu dengan stadium dini yang bisa kita obati sebelum terjadi komplikasi,” paparnya.
Meningkatkan kesehatan ibu dan anak juga menjadi perhatian Kementerian Kesehatan, di mana dalam transformasi sistem kesehatan sudah dirancang bahwa pemeriksaan kehamilan (ANC) dari 4 kali menjadi 6 kali dan dua kali USG dengan dokter pada trimester 1 dan 2.
Kementerian Kesehatan, disebut Dante, akan meningkatkan layanan di fasilitas kesehatan terdekat seperti Puskesmas dengan menyediakan peralatan USG. “Kematian ibu hamil kebanyakan terjadi karena pendarahan dan infeksi yang terlambat dirujuk di rumah sakit,” ungkapnya.
Jika dengan USG di Puskesmas dapat diketahui lebih awal kondisi kehamilan yang berisiko, maka persalinannya tidak perlu dilakukan di Puskesmas. Tetapi bisa di rencanakan lebih awal di RS sehingga AKI ditargetkan turun 70/100.000 kelahiran hidup.
Transformasi kesehatan ini, disampaikan Dante, membutuhkan peran serta berbagai pihak. Transformasi kesehatan ini tidak mampu diselesaikan Kemenkes saja, perlu pelibatan lintas sektor, kementerian dan lembaga terkait, LSM serta sektor swasta, termasuk juga ‘Aisyiyah ini. “Sehingga ‘Aisyiyah sebagai salah satu organisasi dan gerakan perempuan dapat melakukan peran dalam mewujudkan dan membantu transformasi kesehatan di berbagai bidang,” katanya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah, menyebutkan komitmen ‘Aisyiyah untuk melaksanakan dakwah kesehatan di berbagai sektor.
Beberapa hal yang sudah dilakukan dan akan terus dilakukan adalah mendirikan Program Studi Bidang Ilmu Kesehatan. Kini ‘Aisyiyah sudah memiliki 3 UNISA dan 7 Perguruan Tinggi. “Di mana semuanya sudah menghasilkan alumni yang berdiaspora ke seluruh negeri dan banyak berkiprah di banyak tempat di tanah air,” ujarnya.
Salmah berharap, ke depan akan semakin banyak lagi lulusan tenaga kesehatan. “Termasuk dokter dari Universitas ‘Aisyiyah,” ujarnya.
Sehingga hal tersebut akan menambah jumlah dokter di Indonesia. Karena sesungguhnya jumlah dokter di Indonesia masih sangat kurang. “Sehingga ‘Aisyiyah Muhammadiiyah bisa betul-betul mensupport kebutuhan tenaga kesehatan yang dibutuhkan masyarakat,” terang Salmah.
Gerak dakwah ‘Aisyiyah yang berkontribusi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ini, juga disampaikan Rektor Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Warsiti.
Kata Warsiti, UNISA Yogyakarta adalah satu dari sepuluh Perguruan Tinggi ‘Aisyiyah, di mana UNISA Yogyakarta merupakan Perguruan Tinggi Swasta pertama di Indonesia yang didirikan oleh ‘Aisyiyah.
UNISA Yogyakarta bertransformasi dan berkembang menjadi Pendidikan Tinggi kesehatan sejak 32 tahun yang lalu. Dan di tahun 2015 menduduki sebagai sekolah tinggi kesehatan terbaik di Indonesia.
Kiprah UNISA Yogyakarta, disebut Warsiti, tidak bisa dilepaskan dari kiprah ‘Aisyiyah sebagai sebuah organisasi perempuan besar yang telah menunjukkan karya nyata dalam bidang kesehatan, pendidikan, sosial, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.
Hadirnya UNISA Yogyakarta merupakan bentuk penegasan Pergerakan ‘Aisyiyah dalam berkontribusi pada penyelesaian persoalan bangsa dengan memberdayakan masyarakat melalui pendidikan tinggi.
Upaya untuk berkontribusi bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia terus dilakukan oleh UNISA Yogyakarta.
“Kami terus mengikhtiarkan berbagai program pengembangan, baik melalui kelembagaan maupun sumber daya manusianya,” kata Warsiti.
Selain Program Pascasarjana, saat ini UNISA Yogyakarta juga sedang berikhtiar untuk membuka Fakultas Kedokteran. (*)
Wartawan: Affan Safani Adham
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow