Bahas Problematika Yogyakarta, PWM DIY Adakan Seminar dan FGD Pra-Musywil

Bahas Problematika Yogyakarta, PWM DIY Adakan Seminar dan FGD Pra-Musywil

Smallest Font
Largest Font

YOGYA – Masih dalam rangkaian Musyawarah Wilayah (Musywil) XIII Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta, Tim Materi Musywil mengadakan Seminar dan Focus Group Discussion Pra-Musywil XIII. Mengambil tema “Dari D.I. Yogyakarta, Memajukan Keadaban untuk Mewujudkan D.I. Yogyakarta Unggul,” Seminar dan FGD berlangsung di Graha Ibnu Sina SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta, Sabtu (17/12).

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, Gita Danu Pranata, menekankan istilah Islam berkemajuan bagi persyarikatan Muhammadiyah telah diniscayakan sebagai tajdid. Sebab dalam menjalankan ajaran Islam, umat harus menjawab dinamika dan tantangan baru yang belum pernah muncul pada masa sebelumnya.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Gita juga mengatakan bahwa diksi kata berkemajuan sebelumnya sudah dilontarkan KH. Ahmad Dahlan dan sering didengarkan bersama warga persyarikatan. Kiai Dahlan waktu itu bilang begini: “Dadiyo kiai sing kemajuan lan aja kesel-kesel anggonmu nyambut gawe kanggo Muhammadiyah.”

Dari situlah kata berkemajuan sudah menjadi identitas Muhammadiyah. “Kata berkemajuan memang sudah dipilih sejak Muhammadiyah didirikan,” ucap Gita dalam sambutannya.

Pada Muktamar ke-48 November lalu, Muhammadiyah membahas berbagai rumusan, termasuk Islam Berkemajuan dan rumusan isu strategis. Untuk rumusan Islam Berkemajuan, terdapat tiga poin pembahasan, yakni karakteristik, manhaj, dan gerakan

Dari karakteristik, Islam Berkemajuan berlandaskan pada tauhid serta bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kemudian, menghidupkan ijtihad dan tajdid serta mengembangkan wasathiyah dan mewujudkannya sebagai Rahmatan lil ‘Alamin atau Rahmat bagi Seluruh Alam.

“Ijtihad tidak berhenti pada tataran pemikiran bagaimana memahami agama, tetapi juga berlanjut pada upaya untuk mewujudkan ajaran agama dalam semua lapangan kehidupan, baik individu, masyarakat, umat, bangsa, maupun kemanusiaan,” tutur Gita.

“Sedangkan wasathiyah bermakna berada di tengah antara dua kutub, yakni ultra-konservatisme dan ultra-liberalisme dalam beragama. Serta untuk mewujudkan Rahmat bagi Seluruh Alam,” sambung Gita.

Kemudian, manhaj dari Islam Berkemajuan, dijabarakan dengan beberapa hal, antara lain: Sumber, Dimensi (akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah duniawiyah), tiga pendekatan (bayani, burhani, dan irfani), ijtihad berkelanjutan, akal dan ilmu pengetahuan, mazhab keagamaan, hingga kemuliaan manusia.

Gerakan Islam Berkamjuan terbagi menjadi empat, yaitu gerakan dakwah, tajdid, ilmu, dan amal. Selain itu, terdapat bentuk-bentuk perkhidmatan dari Islam Berkemajuan, seperti keumatan, kebangsaan, kemanusiaan, dan global.

Mengacu pada keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam Muktamar ke-48, terdapat tiga ranah perjuangan yang digagas, yakni dalam bidang keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Dalam konteks Musywil, khususnya DIY, tiga ranah di atas perlu diturunkan dalam program yang lebih spesifik untuk menjawab problematika di DIY.

Oleh karena itu, PWM menilai sangat dibutuhkan sebuah kajian mendalam untuk menemukan problematika tersebut, sehingga dapat merumuskan visi, misi, program, dan agenda yang benar-benar dapat menjawab problematika di tingkat DIY.

“Jika dirumuskan, maka Musywil secara tidak langsung harus menjawab pertanyaan: Bagaimana PWM D.I. Yogyakarta dapat mewujudkan D.I. Yogyakarta yang unggul dan berkemajuan dengan program-programnya?” tutur Gita.

Dari kepentingan itulah, PWM DIY mengadakan seminar pra-Musywil, untuk melihat kondisi DIY secara lebih detail. Mulai dari pernak-pernik problematika keagamaan, sosial, kemanusiaan, pendidikan, hingga kebudayaannya.

“Harapannya dari seminar ini tercipta sinergi program yang tidak lain adalah untuk membesarkan Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri,” harap Gita.

Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan seminar yang diisi tiga pemantik dengan materi yang berbeda, dipandu Bachtiar Dwi Kurniawan selaku moderator. Para pemantik tersebut, yaitu Djarot Margiantoro (Kepala Biro Mental dan Spiritual Setda DIY) dengan materi Problematika Keagamaan di DIY Pasca Pandemi; Beny Suharsono (Kepala BAPPEDA DIY) menyampaikan materi Problematika Sosial, Ekonomi, dan Kemanusiaan Pasca Pandemi; serta Aris Eko Nugroho (Paniradya Pati Keistimewaan DIY) memberikan materi Problematika Pendidikan, Budaya, dan Olahraga.

Materi-materi yang disampaikan ketiga pemantik tersebut menjadi bahan untuk FGD yang diselenggarakan setelah seminar. Hal itu untuk merumuskan pembahasan visi, misi, program, dan agenda PWM DIY periode berikutnya. (*)

Wartawan: Dzikril Firmansyah

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow