Dokter Corona: Awas Omicron, Tetap Ketat 5 M
YOGYA – Periode Juli 2021 angka “korban” Covid-19 sangat tinggi. Tidak hanya di Indonesia, juga negara-negara lain. Ketika itu disebut bahwa varian baru “mengamuk”, yakni Delta. Enam bulan kemudian, Desember ini, muncul varian lebih baru lagi yang disebut Omicron. Karena itu, jangan lengah dan tetap jaga protokol kesehatan, termasuk lakukan vaksinasi.
Terkait hal itu, Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bersama Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) menyelenggarakan webinar “Menghadang Omicron untuk Keluarga Aman Covid-19”, Jumat (17/12).
Kegiatan daring ini mendatangkan narasumber dr. Corona Rintawan, Sp.EM, Wakil Ketua MCCC PP Muhammadiyah. Webinar dibuka Ketua PWA DIY, Hj. Siti Zulaikha.
Dokter Corona memulai dengan menjelaskan bahwa, virus itu kodratnya bermutasi. Memang diciptakan untuk bisa berubah-ubah. Seperti virus corona, awalnya hanya dapat hinggap di hewan, namun karena perubahan ekosistem dan perilaku sehingga dapat menjangkiti manusia bahkan kini saling menulari manusia.
Penularan antarmanusia yang kemudian tersebar luas membiarkan virus-virus tersebut berkembang dan akhirnya bermutasi. Hingga muncul varian-varian baru, mulai dari Alpha, Beta, Gamma, dan Delta. Belakangan muncul lagi varian baru yang disebut Omicron.
Menurut Dokter Corona, varian corona dibagi menjadi dua. Pertama, Variant of Interest (VOI), yakni varian virus yang sifatnya tidak lebih berbahaya, menimbulkan dampak lebih kecil, serta penyebarannya tidak terlalu cepat.
Kedua, Variant of Concern (VOC). Adalah varian yang mengakibatkan dampak lebih besar dan penyebarannya begitu cepat. Omicron masuk kategori ini. Pertama kali, kasus varian ini ditemukan di Afrika Selatan pada 26 November 2021. Usai itu, kasus Covid meningkat tajam dan menyebar ke negara lain dalam waktu satu bulan ini.
Penyebaran Omicron sangat cepat sebanyak tiga hingga tiga setengah kali lebih cepat dari varian Delta. Padahal kecepatan penyebaran Delta dua kali lebih cepat dari varian yang muncul pertama kali. Oleh karena itu, munculnya Omicron menjadi perhatian berbagai negara.
Sejauh ini dari kasus-kasus yang bermunculan, gejala varian ini sebenarnya tidak terlihat parah. Bahkan sebagian tidak menunjukkan gejala apapun. Namun, menurut Corona, di United Kingdom, terdapat kasus dimana seseorang yang terpapar varian ini meninggal dunia.
Fakta lain yang agak meresahkan adalah bahwa varian ini menimbulkan escape immune dimana ia dapat menghindar dari kekebalan yang sudah terbentuk. Sebagian orang mulai menyangsikan solusi vaksinasi. Walaupun begitu, Dokter Corona mengatakan, “Nggak perlu panik dan takut. Vaksin tetap jadi andalan kita.”
Ia membenarkan bahwa apabila seseorang terjangkit varian tersebut, efektivitas vaksin memang menurun. Tapi penurunannya tidak signifikan, tidak sampai nol persen, ini yang perlu dicatat. Vaksinasi tetap menjadi salah satu solusi yang paling efektif untuk meminimalisasi dampak virus dan mencegah dari peregangan nyawa.
Untuk menyelamatkan diri dari paparan virus ini, tidak lain dan tidak bukan langkahnya tetap sama. Yakni menggerakkan 3 T (testing, tracing, dan treatment) dan melakukan pencegahan melalui 5 M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta mengurangi mobilitas).
Sayangnya, usai bangkit dari puncak kasus pada bulan Juli lalu, masyarakat semakin terlihat kian abai terhadap protokol kesehatan. Salah satunya karena vaksinasi sudah dianggap cukup masif. Namun, Corona menerangkan bahwa, “Vaksin tidak menggantikan masker. Perlindungan kita utama tetap adalah masker.”
“Kita sudah tahu cara mengalahkan (virus tersebut). Cuma masalahnya kita mau melakukannya atau nggak,” tegasnya. Upaya paling utama bisa dilakukan dengan mengedukasi dan memotivasi orang terdekat, seperti keluarga dan tetangga.
Bagi para orang tua, terdapat dua hal yang diingatkan oleh Corona. Pertama, membiasakan putra-putri mereka untuk menggunakan masker dimanapun saat bepergian. Kedua, mendorong anak khususnya yang berusia 6-11 tahun untuk melakukan vaksinasi. Kini sinovac telah dinyatakan bisa digunakan oleh anak-anak.
Materi tersebut mengundang pertanyaan-pertanyaan dari audiens. Salah satu pertanyaan adalah mengenai penting tidaknya mengambil vaksin booster.
Corona menjelaskan bahwa kebanyakan negara mendorong vaksin booster ketika vaksinasi secara nasional di negaranya telah mencapai 80%. Sedangkan Indonesia sendiri baru mencapai 50%. “Sebenarnya yang kita kejar cakupan secara umum dulu,” ungkapnya.
Ia memberikan ilustrasi dengan menggambarkan dua buah pulau yang masing-masing ditinggali sepuluh orang penduduk. Mereka yang ada di pulau pertama kesemuanya sudah vaksin. Sedang di pulau kedua, baru tiga orang yang tervaksin namun sudah menerima vaksin booster.
Pada kondisi itu, pulau pertama akan lebih aman. Sehingga, ia menyampaikan bahwa sebenarnya tidak masalah dan memang baik melakukan vaksinasi booster untuk menambah kekebalan tubuh seorang individu. Penegasannya adalah di level komunitas se-Indonesia harus didorong lagi supaya mencapai 70-80%.
Saat ini, Omicron yang muncul di Indonesia baru terlihat di Jakarta. Mereka yang tertimpa belum menunjukkan gejala berarti. Namun terdapat perbedaan dari efek virus sebelumnya yakni bahwa penderita tidak mengalami gejala anosmia (tidak bisa mencium bau) serta dominan merasakan nyeri otot dan kelelahan. (*)
Wartawan: Ahimsa W. Swadeshi
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow