Inilah Karakteristik dalam Islam Berkemajuan
SLEMAN – Tagline “berkemajuan” yang melekat pada Muhammadiyah, dijelaskan panjang lebar oleh Arif Jamali Muis, Wakil Ketua PWM DIY, dalam Pengajian Ahad Pagi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Depok, Sleman, Ahad (15/1). Acara bertempat di Masjid KH. AR. Fachruddin SD Muhammadiyah Condongcatur.
Dari mana kata asal muasal tagline “berkemajuan”? Arif Jamali mengutip beberapa sumber, salah satunya Statuten Muhammadiyah, antara lain: Memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya (Statuten Muhammadiyah, 1912): 1. Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama di Hindia Nederland, dan 2. Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan agama Islam kepada lid-lidnya, yakni anggota-anggota Muhammadiyah (Statuten Muhammadiyah, 1914).
“Kiai Ahmad Dahlan juga berpesan Dadiyo kyai sing kemajuan lan aja kesel-kesel anggonmu nyambut gawe kanggo Muhammadiyah,” ungkap Arif.
Arif Jamali menjabarkan 5 (lima) karakteristik Islam Berkemajuan:
- Berlandaskan Tauhid.
Tauhid bermakna pembebasan manusia dari paham kemusyrikan, percampuran dan kenisbian agama. Bertauhid harus diwujudkan dalam bentuk perjuangan untuk membebaskan manusia dari belenggu ketidakadilan dan penghisapan antarmanusia, bersikap kritis terhadap ketimpangan dan kemungkaran. Juga menyemaikan benih-benih kebenaran dan kebaikan, seperti perdamaian, keadilan, kemaslahatan, dan kesejahteraan.
“Tauhid menghadirkan keikhlasan dalam beramal, berdakwah amar makruf nahi mungkar, dan membuang jauh-jauh kesombongan dan penggunaan segala cara untuk mengejar kekuasaan dan kekayaan yang hanya berjangka pendek dalam topeng kesalehan,” paparnya.
- Bersumber al-Qur’an dan as-Sunnah (al-Ruju’ ila al-Qur’an wa as-Sunnah).
Al-Qur’an adalah sumber utama untuk memahami dan mengamalkan Islam. Sumber keyakinan, pengetahuan, hukum, norma, moral dan inspirasi sepanjang zaman. Sedangkan Sunnah Rasul adalah sumber kedua setelahnya, yang menggambarkan diri Nabi Muhammad SAW sebagai teladan yang harus dicontoh dan kehidupannya merupakan contoh jelas dari isi Al-Qur’an dalam kehidupan nyata.
Dalam memahami dua sumber tersebut, diperlukan pemahaman terhadap teks-teks, pemikiran maju, dan ilmu pengetahuan yang luas. Semakin tinggi akal dan luas ilmu pengetahuan, akan semakin kaya makna yang dapat diambil dari dua sumber tersebut.
- Menghidupkan Ijtihad dan Tajdid (Ihya’ al-Ijtihad wa al-Tajdid).
Ijtihad berasal kata Tajdid yang artinya “menjadi baru” atau “terbarukan”. Merupakan upaya sungguh-sungguh untuk memahami atau memaknai al-Qur’an dan as-Sunnah.
Ijtihad dihidupkan melalui pemanfaatan akal murni, ilmu pengetahuan, dan teknologi secara terus-menerus agar melahirkan pemahaman agama yang sesuai tujuan agama dan pemecahan problem-problem umat manusia. Ini tidak berhenti pada tataran pemikiran bagaimana memahami agama juga berlanjut mewujudkan ajaran agama dalam semua lapangan kehidupan.
“Makna pembaharuan dalam bentuk pemurnian maupun dinamisasi pemahaman dan pengamalan agama. Pemurnian diterapkan pada bidang akidah dan ibadah, dinamisasi diterapkan pada bidang akhlak dan muamalah duniawiah,” jelas Arif.
Tajdid juga diperlukan karena pemahaman agama selalu menghadapi tantangan zaman dan situasi masyarakat yang terus berubah. Upaya mewujudkan cita-cita kemajuan dalam semua segi kehidupan, seperti pemikiran, politik, ekonomi, sosial, pendidikan dan kebudayaan.
- Mengembangkan Wasathiyah (Tanmiyat al-Wasathiyah).
Wasathan berarti tengah. Dalam konteks kehidupan beragama, artinya tidak ekstrem mengikuti sisi kanan dan kiri atau tidak bersikap berlebihan (ghuluww) maupun pengabaian (tafrith).
Perilaku dari ummatan wasathan, sebagai berikut: tegas dalam pendirian, luas dalam wawasan, dan luwes dalam sikap, menghargai perbedaan pandangan atau pendapat, menolak pengkafiran terhadap sesama muslim, memajukan dan menggembirakan masyarakat, memahami realitas dan prioritas, menghindari fanatisme berlebihan terhadap kelompok atau paham keagamaan tertentu, serta memudahkan pelaksanaan ajaran agama.
- Mewujudkan Rahmat bagi Seluruh Alam (Tahqiq al-Rahmah li al-‘Alamin)
Islam harus dihadirkan sebagai kekuatan yang membawa kesejahteraan, pencerahan, dan kemajuan universal. Misi kerahmatan bukan saja penting bagi kemaslahatan umat manusia, juga bagi kemaslahatan seluruh makhluk ciptaan Allah di muka bumi ini, seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, lingkungan dan sumber daya alam.
Arif menekankan, jika dalam memahami ajaran agama, digunakan tiga pendekatan, yakni bayani (menggunakan teks), burhani (menggunakan akal) dan ‘irfani (menggunakan hati). Ketiganya harus digunakan secara bersamaan dalam memahami ajaran Islam sehingga dapat terlihat aneka persoalan melalui pandangan utuh, mendalam dan komprehensif. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow