Kauman dan Peninggalan Muhammadiyah
YOGYAKARTA — Kauman adalah sebuah kampung yang terletak di sebelah barat Keraton Yogyakarta. Keberadaannya memang tidak bisa dilepaskan dari Keraton.
Berdiri sejak tahun 1756, kampung ini memiliki karakteristik yang sangat kuat sebagai kampung yang berisi para ulama.
Kauman juga sangat dikenal dengan kampung saudagar batik yang berkembang di awal abad ke-20.
Para ulama yang ada di kampung Kauman ini, rata-rata memiliki langgar sendiri sebagai media mereka untuk mengajar kepada murid-muridnya yang terdiri dari abdi dalem dan buruh pabrik.
Masyarakat kampung Kauman adalah masyarakat yang cenderung mengutamakan hubungan pertalian darah, termasuk dalam perkawinan. Itulah yang menyebabkan masyarakat Kauman jika dirunut merupakan satu saudara.
Keberadaan Kauman juga tidak bisa dilepaskan dari penghulu dan masjid Gedhe, yang merupakan perangkat religi kultural Keraton Yogyakarta. “Itulah yang menjadikan posisi seorang penghulu dan abdi dalem masjid lainnya sangat tinggi di kampung ini,” terang Widyastuti, SS, M.Hum, warga Kauman, Rabu (27/5/2020).
Karena merekalah, terang Widiyastuti, yang secara langsung mendapat amanah dari Sri Sultan Hamengku Buwono untuk memelihara kemakmuran masjid.
Pada awal abad ke-20, keadaan kampung Kauman masih sama dengan daerah-daerah lainnya. “Di mana pelaksanaan Islam masih dilakukan secara tradisional dengan ritual-ritual barjanzen, tahlikan, sajen, dan sebagainya,” paparnya.
Selain itu pola pendidikan juga masih sangat tradisional, di mana anak perempuan tidak diperbolehkan bersekolah, sekolah model pesantren, dan mengutamakan pendidikan keagamaan.
Dikatakan Widyastuti, lahirnya Muhammadiyah yang dipelopori oleh anak Kauman membuat warna Kauman menjadi lain. “Tradisional Islam berubah menjadi sebuah Islam yang modern, di mana prinsip-prinsip logika menjadi dikedepankan,” kata Wiwied, sapaan akrab Widyastuti.
Tahun 1912 menjadi titik awal perkembangan Kauman menjadi sebuah kampung yang jadi barometer perkembangan Islam di negeri ini.
Masjid Gedhe Kauman menjadi sentral kegiatan masyarakat Kauman sejak awal berdirinya sampai saat ini.
Makanya, masjid Gedhe Kauman juga menjadi perangko pada saat peringatan 1 abad Muhammadiyah tahun 2010.
Salah satu adegan dalam film “Sang Pencerah” menunjukkan kentalnya animisme di Kauman sebelum lahirnya Muhammadiyah 1912.
Adapun beberapa peninggalan di kampung Kauman sebagai tempat lahirnya Muhammadiyah adalah: masjid Gedhe Kauman, yang merupakan masjid Kraton Yogyakarta. Di tempat inilah KHA Dahlan berjuang untuk membenarkan arah kiblat. Berdiri pada tahun 1775 dan masih sangat kokoh dan berfungsi sampai saat ini.
Selain itu ada ndalem Pengulon yang merupakan rumah tinggal Penghulu Keraton Yogyakarta. Dan merupakan tempat yang sangat bersejarah bagi Muhammadiyah.
Di sinilah Muhammadiyah diizinkan berdiri oleh Kyai Penghulu Kholil Kamaludiningrat. Dan di sini juga merupakan tempat diselenggarakannya TK ‘Aisyiyah pertama kali. Di pendopo inilah kegiatan Muhammadiyah di awal berdirinya difasilitasi oleh Kyai Penghulu.
Ada pula TK ABA Kauman/Gedung Pesantren yang merupakan bangunan monumental, yang akhirnya menjadi lokasi TK pertama di Indonesia.
Pembangunan gedung ini juga memiliki cerita karena menjadi monumental swadana Muhammadiyah dalam menbangun fasilitas miliknya.
Tak kalah menariknya ada batik Handel House yang merupakan salah satu contoh rumah saudagar batik yang ada di Kauman, yang berdiri di awal abad 20, seiring dengan perkembangan Kauman sebagai pusat batik. Salah satu yang sangat terkenal adalah Batik Handel Hadji Moech.
Musholla ‘Aisyiyah Kauman merupakan musholla perempuan pertama di Indonesia yang didirikan KHA Dahlan pada tahun 1922. Keberadaannya ini menjadi bukti bahwa KHA Dahlan sangat memperhatikan perempuan.
Kompleks Langgar Kidul Kauman merupakan peninggalan KHA Dahlan yang masih bisa dilihat sampai saat ini.
Kompleks yang menjadi satu kesatuan dengan sekolah dan rumah ini berdiri pada tahun 1899 dan pernah dirobohkan. Di bangunan inilah terjadi berbagai peristiwa luar biasa yang menjadi awal berdirinya Muhammadiyah.
Jajaran rumah kuno di Kauman, yang menunjukkan lamanya kawasan ini, berkembang sebagai sebuah permukiman.
Ada pula makam Nyai Ahmad Dahlan yang terletak di belakang Masjid Gedhe Kauman dan makam di Karangkajen dimakamkan KH Ahmad Dahlan. (Affan)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow