Kematian Ibu Hamil karena Covid-19 di DIY Sangat Memprihatinkan

Kematian Ibu Hamil karena Covid-19 di DIY Sangat Memprihatinkan

Smallest Font
Largest Font

YOGYAKARTA –“Satu kata kunci mengapa saya tetap ingin turun ketika saya merasa sehat, yaitu kemanusiaan,”  demikian disampaikan dr. Supriyatiningsih, Sp. OG, M.Kes. (Majelis Kesehatan PP ‘Aisyiyah), dokter Obsgyn yang menjadi narasumber acara “Berbagi Cerita: Tenaga Kesehatan di Masa Pandemi Covid-19” yang diadakan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Jumat (9/7) siang.

“Mereka yang ada di garda terdepan menjadi korban paling banyak, yaitu para dokter dan perawat di covid-19 station. Perang ini musuhnya tidak kelihatan mengakibatkan hampir 1.066 tenaga kesehatan Indonesia meninggal per 6 juli 2021,” kata dokter Obgyn tersebut dalam live streaming yang disimak mediamu.com.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Kini banyak yang mengatakan bahwa di luar negeri tampak sudah selesai Covid-19 ini, misal pada ajang Piala Eropa 2021. Hal ini disebabkan karena rakyat negara-negara tersebut telah banyak yang sudah vaksin dan memiliki ketersediaan vaksin jauh lebih banyak.

Persentase kematian ibu hamil akibat Covid-19 di DIY begitu memprihatinkan. Kendala ibu hamil untuk negatif Covid-19 menurutnya setidaknya ada tiga. Pertama, semakin banyak yang terinfeksi dan lingkungan yang menjadi kontaminan, tentunya menjadi sangat sulit untuk menghindari dari penularan. Maka solusinya adalah turunkan insidensi covid-19 ini. Kedua, vaksinasi untuk ibu hamil belum terlalu masif. Ketiga, protokol kesehatan (prokes) di Indonesia masih suka-suka, artinya kurang dari segala lini.

Tenaga kesehatan kelelahan bukan sekadar cerita dan gambar maupun lelucon di berbagai kanal elektronik. Kenyataan yang beyond tested lebih berat dan mengenaskan.

Dokter yang sedang lanjut studi di Jerman tersebut mangatakan bahwa jika Jerman dan negara lain sudah cukup berhasil menangani Covid-19, bukan karena mereka adalah negara maju, teknologinya luar biasa. Namun ini masalah kedisiplinan untuk menjaga protokol kesehatan.

Disana Jerman juga sama, mereka gampang terlena kalau diberi kelonggaran kumpul semua. Tetapi, begitu insidensi naik, pemerintah sangat tidak mentolerir dengan berbagai regulasi yang memperketat, dari lockdown parsial maupun total.

“Perjalanan Covid-19 ini hampir day to day sangat cepat. Bahkan kalau kita lihat, termasuk rekomendasi-rekomendasi World Health Organization (WHO) sebagai organisasi internasional bidang kesehatan yang paling menjadi platform utama di dunia, bulan ke bulan tidak ada yang sama persis. Saking cepatnya Covid-19 berpindah dari satu negara ke negara lain dan variannya terus bertambah di antaranya Alfa, Beta, Gamma, Delta, dan Lambda,” ungkapnya.

Belum lagi kalau kemudian tenaga kesehatan juga ikut terpapar covid-19, maka pasien yang tidak tertangani semakin banyak. (*)


Wartawan: Nizam Zulfa
Editor: Robby H. Abror

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow