Komaruddin Hidayat: Hijrah dari Kesempitan kepada Keluasan
YOGYA – Kata hijrah menunjukkan arti etos gerak dinamis. Islam merupakan agama dinamis yang selalu mendorong umatnya untuk berhijrah. Hal itu tercermin dari beberapa istilah dalam Islam, seperti syari’ah, sabil, thariqah, manhaj, thawaf, sa’yi, dan lainnya.
Bahkan banyak diksi Al Qur’an mendobrak langit dan mengurung pikiran orang-orang Arab pada waktu itu, seperti diksi Islam Rahmatan Lil ‘Alamin.
Penjelasan tersebut disampaikan Prof. Dr. H. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) dalam Pengajian Umum PP Muhammadiyah, Jum’at (13/8). Tema pengajian adalah Spirit Hijrah Mewujudkan Cita-Cita Kemerdekaan.
Dalam acara tersebut, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si. memberikan kata pengantar. Dua pembicara lain adalah Dr. Hj. Chusnul Hayati dan Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif. Pernyataan mereka ada di berita terpisah mediamu.com.
Komaruddin Hidayat mengatakan, ketika bangsa Arab masih syu’ubiyah (bersuku-suku) dan sangat memuja sukunya ada diksi-diksi yang sangat aneh bagi merekapada masa kenabian. Diksi ayat berbunyi “wa ma arsalnakaillarohmatanlil ‘alamin” (Surah Al Anbiya’: 107) dan hadits berbunyi “innamabu’istu li utammimama karimal akhlaq”.
Dua diksi itu menunjukkan adanya spirit hijrah, yaitu kasih sayang (dengan diutusnya Nabi Muhammad untuk memberikan rahmat bagi seluruh alam). Kasih saying jika diterjemahkan memiliki maksud kebaikan, kedamaian, kemerdekaan, dan keindahan.
Al Qur’an menghubungkan narasi dan cerita-cerita dengan umat sebelumnya. Al Qur’an bukan buku sejarah, tapi buku hidayah. Al Qur’an menghubungkan alam pikiran yang partikular di Arab abad ke 6, mendobrak batas sempit. Kaum-kaum intelektual Islam justru banyak berkembang ketika hijrahnya dari Makkah ke Madinah.
Secara historis, dakwah Islam selalu berbeda antara di Makkah, Madinah, Baghdad, Syiria, Byzantium, Persia, dan tempat-tempat lainnya. Bahkan karenanya munculah ilmu baru seperti sains, teknologi, dan filsafat, serta banyak intelektual muslim setelah hijrah di luar Makkah dan Madinah.
Hijrah itu berawal dari kesempitan kepada keluasan. Di Barat (Eropa) sudah banyak berkembang ilmu umum.
“Saya senang Muhammadiyah sudah memulai dengan adanya integrasi keilmuan dan keagamaan. Saya bahagia bahwa pendidikan dan kesadaran di Indonesia semakin meluas dan menyadari bahwa semua itu secara ontologism adalah ilmu Allah,” katanya.
Dunia telah terkoneksi dengan digital dan globalisme. Kekhasan Islam, yaitu keimanan, amal shaleh, serta akhlaqul karimah. Sedangkan dalam artikulasi politik, kultur, dapat dipastikan Islam memiliki warna beragam. (*)
Wartawan: Afifatur Rasyidah I.N.A.
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow