Lima Kiat Sukses Jadi Santri

Lima Kiat Sukses Jadi Santri

Smallest Font
Largest Font

YOGYAKARTA — Benar kepengin jadi santri? Tidak mudah lho. Ustadz Sujino, alumni Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Yogyakarta angkatan ke-6. memaparkan syarat-syarat menjadi santri. Ini penting karena menjadi santri tak semudah membalikkan tangan. Pasti menemui berbagai persoalan. Karena itu, untuk menjadi santri yang sesungguhnya harus menyiapkan bekal tidak sedikit.

Pernyataan Sujino itu disampaikan dalam webinar “Kepesantrenan” yang diselenggarakan Diaspora Alumni PUTM, Ahad 18 April 2021.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Berdasarkan pengalaman saat menjadi santri PUTM, ia merumuskan syarat-syarat yang harus dibangun ketika akan atau sedang menjadi santri. Yakni: membangun keberagaman, akademis-intelektual, sosial kemanusiaan dan kepeloporan, keorganisasian dan kepemimpinan, mandiri, jiwa ukhuwah dan merdeka. Adanya keyakinan, keikhlasan, kesederhanaan, tanggungjawab, amanah, dan jiwa gerakan dalam diri seorang santri akan membangun jiwa keberagaman.

“Kegiatan penelaahan terhadap kitab-kitab mu’tabar, proses berfikir maju dan moderat menjadi keharusan seorang santri dalam menuntut ilmu,” tegasnya.

Ustadz Sujino yang sudah mendirikan beberapa pondok pesantren di Metro Lampung, Sumatera, ini juga menyebut bahwa kegiatan Muballigh Hijrah yang diadakan PUTM tiap tahun dengan kerjasama Majelis Tabligh PWM DIY maupun cabang-cabang lain adalah salah satu bentuk upaya memunculkan jiwa sosial kemanusiaan. Sedangkan IMTM (Ikatan Mahasiswa Tarjih Muhammadiyah) merupakan wadah pengembangan potensi diri khususnya dalam keorganisasian.

Ketika menghadapi problematika hidup, santri harus mampu mandiri dengan cara bersikap kreatif dan solutif. Silaturahmi kepada para guru, ustadz, atau tokoh lain perlu biasa dilakukan.

Lima kiat sukses menjadi santri

  1. Bersemangat tinggi dengan cara memiliki target, tekad, keyakinan prima, fokus, jiwa tangguh serta tidak mudah menyerah. “Tantangan santri itu banyak, antara lain lawan jenis, kekurangan materi, hambatan komunikasi kepada keluarga atau orangtua. Oleh karenanya harus sabar dari fitnah dan syubhat.“
  2. Paham skala prioritas. Seseorang tidak dapat menjadi apapun jika menginginkan segalanya. Waktu adalah aset sangat berharga.
  3. Sabar dan syukur. Sabar dalam artian mampu menahan dari fitnah syahwat dan syubhat, kekurangan materi, dan hal-hal kurang menyenangkan. Syukur adalah selalu mensyukuri nikmat karunia diberikan Allah.
  4. Selalu positive thinking. Berpikir positif, bermental positif, berhati positif, bertindak positif, berkata positif, dan berkeyakinan positif. Hal-hal tersebut akan mengantarkan kepada hasil positif.
  5. Mengembangkan potensi diri. Mengenali kelemahan diri tanpa menyesali, kemudian menutup kelemahan tersebut dengan potensi atau kelebihan lain. Selanjutnya kembangkan potensi dengan teori manajemen strategi.

Bagaimana Membangun Ponpes Muhammadiyah?

Menurut Sujino, santri berhasil adalah yang mampu memberi manfaat secara luas. Selain memberi kiat sukses santri kepada thalabah PUTM ia juga memberi arahan mengenai bagaimana membangun pondok pesantren Muhammadiyah.

Beberapa teori tersebut adalah menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui ukuran kekuatan dan kelemahan individu. Memiliki pasangan hidup yang selaras untuk mempermudah jalan dakwah. Memperkuat jiwa ikhlas, mujahadah, ukhuwah, merdeka, istiqamah dan sabar, karena dalam perjalanannya pasti banyak rintangan.

“Harus siap berdarah-darah. Maksudnya dalam jihad untuk berdakwah harus mempersiapkan secara matang,” tegas Ustadz Sujino. (hr)


Berita dikirim Fathimatuzzahro Isnaini & Fithri Istiqomah (Thalibah PUTM)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow