MDMC dan Solidar Suisse Bangkitkan Perekonomian Penyintas Gempa Palu
YOGYA – Muhammadiyah tetap menaruh perhatian besar kepada para penyintas gempa Palu, Sulawesi Tengah. Melalui Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), persyarikatan yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini hingga kini tetap melaksanakan program pendampingan bagi para penyintas gempa tersebut.
Gempa Palu terjadi 3 tahun lalu, tanggal 26 September 2018 pukul 17.10 dengan magnitude 7,4 SR. Gempa tersebut menyebabkan tsunami kecil dan likuifaksi di Kota Palu. Tercatat korban jiwa lebih dari 1.300 orang. Gempa Palu diperkirakan dipivu oleh aktivitas sesar Palu-Koro.
Micro Entrepreneur Program (MEP) adalah salah satu program pasca bencana yang dijalankan sudah hampir 3 tahun oleh MDMC bersama Solidar Suisse (LSM asal Swiss). Program ini bertujuan meningkatkan taraf hidup para penyintas bencana gempa bumi Palu tersebut.
Salah satu sasaran program MEP adalah Desa Meli, Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala. Kopra menjadi komoditas utama masyarakat di desa ini.
Tofin, fasilitator masyarakat program MEP di Desa Meli, mengungkapkan bahwa setelah melakukan assessment, dia menemukan para petani kopra di desa itu belum dapat mengoptimalkan produksi. Bagi Tofin, kondisi ini menjadi tantangan.
“Kami melihat bahwa kopra ini dapat ditingkatkan lagi, sehingga kami pelajari dan mencari cara agar kopra hasil produksi para petani bisa memiliki nilai jual yang lebih. Kopra putih menjadi pilihan kami, dengan proses produksi yang sedikit berbeda dengan menggunakan green house sehingga menekan gagal produksi,” kata Tofin, Kamis (23/9).
Ia kemudian mengumpulkan para petani kopra di Desa Meli untuk bersama-sama melakukan produksi dengan cara baru. Setelah beberapa kali diskusi, maka terbentuklah pengurus dengan jumlah sebanyak 5 orang.
Salah satu pengurus kelompok tersebut adalah Rosni. Ia mengaku sangat beruntung bisa menjadi bagian dari program ini, sehingga produksinya semakin bagus, harga jual semakin tinggi, juga diajak belajar ke tempat lain agar kopra bisa masuk ekspor.
“Saat ini kami mampu untuk produksi sampai 2 ton setiap bulan,” kata Rosni.
Yockie Asmoro, National Program Coordinator MEP, mengatakan bahwa program ini menyasar manajemen organisasi kelompok, keuangan, peningkatan produksi, dan pemasaran.
“Semoga setelah program ini selesai, para kelompok yang sudah dibentuk dapat mandiri dan berkembang,” harap Yockie.
Program MEP sudah berjalan 2 tahap yaitu MEP 1 yang berlangsung dari 1 Juli 2019 hingga 30 September 2020 dan MEP 2 dimulai 1 Juli 2020 hingga sekarang.
Ada 13 desa dampingan di program MEP 2 yaitu Oti, Alindau, Labean, Meli, Lombonga, Walandano, Palau, Pomolulu, Malei, Rano, Kamonji, Ketong, dan Manimbaya. Semuanya di Kabupaten Donggala. (*)
Berita diterima mediamu.com dari Bapak Arif Jamali, Wakil Ketua MDMC PP Muhammadiyah
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow