MediaMU.COM

MediaMU.COM

Portal Islam Dinamis Berkemajuan

Apr 29, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Melestarikan Warisan Budaya Muhammadiyah melalui Wisata Sejarah

Foto: YouTube Radio Muhammadiyah

YOGYA – Sejarah Muhammadiyah menjadi daya tarik masyarakat dalam hal keagamaan, pendidikan, maupun kebudayaan. Selain di Yogyakarta, sejarah Muhammadiyah banyak terdapat di Sumatera Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan lain-lain. Jika dikemas dengan baik akan menjadi potensi besar dalam bidang pariwisata, sekaligus menjaga warisan para pendahulu Muhammadiyah.

Agar dapat mengemas wisata sejarah Muhammadiyah dengan baik, Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah mengadakan webinar “Mendesain Paket Wisata Bermuatan Sejarah Lokal Muhammadiyah”, Ahad (07/11). Webinar ini termasuk rangkaian acara Pra-Kongres Sejarawan Muhammadiyah yang akan berlangsung pada 27 dan 28 November 2021 sebagai Kongres Sejarawan Muhammadiyah pertama sepanjang sejarah.

Bertema “Optimalisasi Potensi Sejarah Lokal Muhammadiyah untuk Mentransfer Memori Kolektif Melalui Pariwisata”, webinar menghadirkan tiga narasumber, mereka adalah Fahmi Prihantoro (Tim Ahli Cagar Budaya Kota Yogyakarta), Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi (Founder Muhammadiyah Heritage Trip), dan Widyastuti (Wakil Ketua MPI PP Muhammadiyah dan Wakil Ketua Lembaga Kebudayaan PP ‘Aisyiyah).

Pelestarian warisan budaya, kata Fahmi Prihantoro, merupakan usaha dinamis untuk mempertahankan warisan budaya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan. Adapun pariwisata menjadi salah satu upaya dari pelestarian warisan budaya tersebut, didukung fasilitas pelayanan dari masyarakat dan pemerintah.

“Dalam pariwisata itu, ada banyak hal yang bisa kita manfaatkan. Mulai alam, kebudayaan, dan benda-benda buatan manusia, itu bisa dijadikan pariwisata. Yang terpenting adalah kreativitas pengelolaan tidak menghilangkan esensi warisan budaya itu sendiri,” katanya.

Dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM ini juga menerangkan perlunya pelestarian warisan budaya dilakukan. Yakni, menjaga jati diri suatu lingkungan masyarakat agar tidak punah, karena terdapat nilai luhur di dalamnya. Sehingga dapat menjadi pijakan bagi masa lalu dan masa depan.

Muhammadiyah, menurut Fahmi, memiliki keunikan yang bisa muncul dari para warganya, dan di tiap daerah mempunyai kekhasan masing-masing. Hal tersebut sangat menarik untuk bisa dikembangkan menjadi pariwisata.

“Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana dapat menguatkan dan memberdayakan warga Muhammadiyah di bidang pariwisata sehingga bisa berkembang,” tutur Fahmi.

Sedangkan Ghifari Yuristiadhi menjelaskan sebelum Muhammadiyah Heritage Trip dikembangkan pada Muktamar Muhammadiyah & ‘Aisyiyah tahun 2010 di Yogyakarta. Saat itu, dia dan Mustofa W. Hasyim serta Iwan Setyawan ditugaskan di bidang syiar. Tugasnya membuat agenda bagi penggembira yang datang dari berbagai penjuru negeri.

“Supaya mereka tidak kebingungan setelah mengikuti pembukaan Muktamar, bidang syiar kala itu mempersiapkan Tour de Muhammadiyah dengan empat jalur diikuti 1.000 orang. Selain ke Kauman, juga ke selatan (Imogiri), barat (Nanggulan), dan timur (Prambanan),” tutur Ghifari.

Pasca-Muktamar 2010, Ghifari beserta Komunitas Tour de Muhammadiyah menilai bahwa kegiatan tersebut perlu dilanjutkan. Sehingga terbentuklah Komunitas Blusukan Kampoeng. Hingga 2015 masih menggunakan branding Tour de Muhammadiyah. Kemudian tahun 2016 direbranding menjadi Muhammadiyah Heritage Trip dan menjadi amal usaha PDM Kota Yogyakarta.

Peluang melanjutkan Tour de Muhammadiyah (sekarang Muhammadiyah Heritage Trip) sangat besar. Yogyakarta sebagai “ibukota” Muhammadiyah menjadi salah satu destinasi favorit para turi. Bahkan, banyak amal usaha Muhammadiyah ke Yogyakarta untuk piknik.

“Selain itu, mata kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyah belum didesain dengan metode menarik,” jelasnya.

Misi yang diusung Muhammadiyah Heritage Trip antara lain:

  • Sebagai metode baru belajar Al Islam dan Kemuhammadiyahan;
  • Preservasi cagar budaya Muhammadiyah;
  • Mentransfer memori kolektif tentang sejarah Muhammadiyah;
  • Ruang aktualisasi angkatan muda Muhammadiyah.

Tidak hanya sebatas Kota Yogyakarta, Muhammadiyah Heritage Trip bisa dikembangkan di daerah lain yang memiliki sejarah lokal masing – masing. Yang pertama kali dilakukan adalah membentuk tim eksekutor dari pimpinan Muhammadiyah setempat, lalu membuat storytelling terkait sejarah kawasan tersebut, setelah itu menyusun rute perjalanan wisata. Setelah semuanya tersusun, diperlukan uji coba sebelum nantinya program wisata tersebut resmi diluncurkan.

Widyastuti menilai, Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah memiliki potensi yang bisa dikembangkan dari segi narasi historis.

“Muhammadiyah di setiap daerah kekuatan narasi historisnya sangat luar biasa dan Kongres Sejarawan Muhammadiyah menjadi momentum menggali narasi historis tersebut,” jelasnya.

Ia memberikan strategi terkait pengembangan wisata Muhammadiyah. Paling mendasar adalah memahami sejarah perkembangan wilayah dan daerah termasuk sejarah ortomnya untuk dapat memetakan potensi yang dimiliki. Lalu, pengadaan inventaris peninggalan baik tangible maupun intangible sebagai penanda dan saksi perkembangan persyarikatan.

Tak lupa juga mencermati kemungkinan relasi dengan yang lain. Hal ini sangat penting untuk memperkaya konten wisata dan dinamika persyarikatan akan terhubung antarwilayah, antartokoh, dan antarkelompok di Muhammadiyah. Selanjutnya, diusahakan agar aktivitas di dalam wisata tersebut berkaitan dengan what to do, what to see, dan what to buy dengan mengedepankan pengalaman religius agar dapat membedakan wisata budaya dari Muhammadiyah dengan lainnya.

“Disertai kunjungan ke pusat unggulan Muhammadiyah di daerah setempat, dan selalu memberikan bonus destinasi baik konvensional maupun umum agar kegiatan semakin menarik,” tutur Widyastuti. (*)

Wartawan: Dzikril Firmansyah Atha Ridhai
Editor: Heru Prasetya

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here