Mengabdi untuk Perdamaian Dunia, Habib Chirzin Dianugerahi Doktor Honoris Causa

Mengabdi untuk Perdamaian Dunia, Habib Chirzin Dianugerahi Doktor Honoris Causa

Smallest Font
Largest Font

YOGYAKARTA — Tokoh Muhammadiyah Habib Chirzin mendapat penganugerahan Doktor Honoris Causa (HC) Bidang Sosiologi Perdamaian dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pengukuhan ini dilakukan pada Rabu (21/9) di Gedung Prof. RHA. Soenarjo, S.H., atau Convention Hall UIN Sunan Kalijaga.

Tim penilai dalam proses pengukuhan ini ada Prof. M. Amin Abdullah sekaligus sebagai Promotor, Dr. Achmad Zainal Arifin, sekaligus sebagai Sekretaris, Prof. Euis Nurlaelawati, Prof. Bermawy Munthe, dan Prof. Sangkot Sirait, sebagai Anggota. M. Habib Chirzin mendapatkan anugerah ini atas pengabdiannya sejak tahun 1982 hingga kini dalam urusan pengembangan dan pengarusutamaan nilai-nilai perdamaian.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Kiprah Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah periode 1986-1989 ini dalam urusan perdamaian di dunia internasional tidak bisa sangkal. Tercatat lebih dari 90 kali dirinya menyampaikan presentasi makalah dalam seminar, workshop dan konferensi internasional serta terjun dalam urusan perdamaian internasional telah dilakoninya sejak empat dekade silam. Oleh karena itu sangat pantas bagi beliau dianugerahi Doktor HC dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Promovendus akan menyampaikan pidato ilmiah berjudul, “Wacana Baru Perdamaian dan Perlunya Mengarusutamakan Keamanan Manusia”, dengan kajian menggunakan perspektif Maqashid al-Syari’ah. Dalam pidato pengukuhannya, Habib menyebut bahwa maqashid al-syari’ah merupakan bingkai dari adanya lintas disiplin. Lintas disiplin ini diperlukan untuk menghadapi dunia pasca perang dingin.

Menurut Habib, saat ini diperlukan pendekatan baru, sebab pada masa lalu masyarakat berpikir tentang perdamaian sebagai antithesis dari perang. “Padahal peace itu sekarang ini telah berkembang dan bukan lawan dari war, tapi peacelessness atau ketidakamanan. Karena memang di masa lalu peace dan war itu sangat terkait dengan konsep-konsep negara yang sangat concern terhadap batas – batas dan bagaimana menjaga perbatasan dari invasi negara lain dan lain sebagainya,” ungkapnya.

Paradigma ini yang menurutnya memunculkan berbagai macam perlombaan senjata yang merugikan pembangunan. Habib beralasan karena perlombaan senjata menguras begitu begitu besar energi di dunia. Bahkan mengambil kecerdasan atau otak-otak terbaik di dunia untuk masuk ke dalam sistem perang.

Tambahnya, pasca perang dingin, jebolnya Tembok Berlin, dan melumernya Tirani di Uni Soviet maka ancaman manusia kekinian bukan lagi berupa militer. “Konflik yang terjadi saat ini justru terjadi bukan antar negara, tetapi ancaman konflik justru dari dalam negara. Konflik masa kini lebih disebabkan karena perbedaan etnik, kemiskinan akut, perubahan iklim dan seterusnya,” jelas Habib.

Maka jika dulu dalam menciptakan perdamaian ada adagium si vis pacem para bellum yang artinya “kalau engkau ingin damai, siaplah untuk perang”, sekarang adagiumnya berubah menjadi si vis pacem para pacem, yang berarti “kalau engkau ingin damai, siaplah untuk damai”. Habib menyebut saat ini perdamaian justru bermula dari dalam diri masing – masing manusia.

Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, yang juga hadir dalam acara pengukuhan tersebut, mengucapkan tahniah kepada M. Habib Chirzin yang telah dikukuhkan sebagai Doktor HC oleh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta atas dedikasinya dalam mengembangkan dan mengarusutamakan nilai-nilai perdamaian.

Dalam sambutannya, Haedar mengaku bahwa ia mendapatkan banyak didikan dari Habib Chirzin, yang menjadi salah satu sejarah hidup yang mengantarkannya sampai sejauh ini di PP Muhammadiyah.

Saat Habib Chirzin menjadi Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah periode 1986-1989 , Haedar menjabat sebagai Ketua Departemen Kader dan Dakwah. Selain berinteraksi dalam tubuh Persyarikatan Muhammadiyah, interaksi yang ada antara dirinya dengan Habib juga terjadi di dunia LSM. Selain dari Habib Chirzin, Haedar mengaku dirinya belajar tentang teori-teori ketergantungan, perdamaian, etika global dan lain sebagainya juga dari Dawam Rahardjo dan Adi Sasono.

Selama interaksi dengan Habib Chirzin, Haedar ikut menjadi saksi betapa layaknya Alumni SR Muhammadiyah Kotagede, Yogyakarta ini dalam mendapat penganugerahan Doktor HC untuk bidang perdamaian.“Karena sejak awal memang Mas Habib selalu mengenalkan tentang pemikiran perdamaian dan pembangunan. Bahkan bagi kami, beliau sendiri adalah eksemplar dari sosok yang damai dan selalu menyelesaikan masalah dengan damai,” ungkap Haedar.

Mewakili PP Muhammadiyah, Haedar menyampaikan terima kasih kepada UIN Sunan Kalijaga atas penganugerahan Doktor HC kepada salah satu kader terbaik yang dimiliki oleh Muhammadiyah kelahiran Kotagede Yogyakarta 1949 silam ini.

“Mas Habib bagi kami bukan hanya sebagai tokoh Muhammadiyah, tapi juga senior kami di Muhammadiyah,” pungkasnya. (*)


Wartawan: Dzikril Firmansyah

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Paling Banyak Dilihat