Mengembangkan Potensi dan Minat Mahasiswa

Mengembangkan Potensi dan Minat Mahasiswa

Smallest Font
Largest Font

YOGYAKARTA — Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah, awal mula adalah Majelis Pendidikan dan Pengajaran (MPP) PP Muhammadiyah yang dipimpin HS Prodjokusumo.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

“Mengingat perkembangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang terus berkembang, maka pada Muktamar Muhammadiyah di Surakarta disepakati untuk membentuk majelis yang menangani langsung Pendidikan Tinggi dan kemudian disebut Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah,” ungkap Muhadjir Effendy.

Adapun yang diberi amanat untuk menjabat sebagai ketua pertama kalinya adalah Drs. HM Djazman Al-Kindi (1986-1990) dengan jumlah Perguruan Tinggi Muhammadiyah ada 78 PTM terdiri dari universitas 23 buah, institut 10 buah, sekolah tinggi 36 buah, dan akademi 9 buah.

Di depan peserta Rakornas Bidang Kemahasiswaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) di Hotel Grand Quality Jl. Laksda Adisucipto Yogyakarta, Jum’at (9/11/2018), Mendikbud RI, Muhadjir Effendy, juga sampaikan ideologi dan strategi pembinaan kemahasiswaan dan alumni PTMA.

Prinsip dasar pembinaan kemahasiswaan dan alumni, disampaikan Muhadjir Effendy, harus mampu mengembangkan secara penuh seluruh potensi dan minat mahasiswa dan alumni untuk siap menghadapi kehidupan abad 21.

Mendikbud pada kesempatan itu, kritik keberadaan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di perguruan tinggi.

Muhadjir menyebut LPTK tidak menghasilkan guru yang dibutuhkan untuk revitalisasi sekolah menengah kejuruan (SMK).

Kalau revitalisasi SMK ini berjalan baik, kata Muhadjir Effendy, kita butuh 91 ribu guru. “Dan tidak bisa dari LPTK, karena tidak ada satu pun LPTK yang mencetak calon guru yang diinginkan,” tandas Muhadjir.

Mendikbud RI mencontohkan, LPTK yang berada di bawah Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) tidak bisa menghasilkan guru di bidang pariwisata dan kelautan. “Padahal, Indonesia sedang menggalakkan pariwisata dan industri,” tandas Muhadjir, yang menambahkan keberadaan guru yang ahli bidangnya sangat dibutuhkan.

Selain mengkritik ketidakmampuan LPTK menghasilkan guru di bidang keahlian tertentu yang dibutuhkan pasar,

Sosok lulusan perguruan tinggi yang diharapkan, menurut Muhadjir Effendy, punya karakter kuat, punya multi-skills, adaptable dan pembelajar sepanjang hayat, inovatif dan punya jiwa entrepreneurship, mampu menjadi warga global tanpa kehilangan identitasnya sebagai orang Indonesia.

“Hal itu terintegrasi secara utuh dengan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler dalam pelaksanaan tri darma pendidikan tinggi,” tandas Muhadjir Effendy, yang waktunya dihabiskan untuk Muhammadiyah.

Bagi Muhadjir, perlu memperbanyak kegiatan yang memperkuat karakter ke-Indonesiaan. “Globalisasi telah menghadirkan kemudahan akses terhadap aneka data, informasi dan pengetahuan yang bisa didapatkan di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja,” papar Muhadjir, yang menambahkan di sisi lain globalisasi juga bisa menghadirkan potensi benturan peradaban (class of civilization).

Dikatakan Muhadjir, yang didampingi Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Prof. H. Lincolin Arsyad, M.Sc, Ph.D, industrialisasi 4.0 menipiskan batas-batas keilmuan dan mendorong manusia untuk membekali diri dengan multi-skills dan collaboration.

“Untuk itu perlu memperkuat soft skills dan human skills,” tandas Muhadjir.

Dalam rangka memperkuat creativity, dikatakan Muhadjir, kegiatan kemahasiswaan perlu dirancang untuk memampukan mereka mencari cara-cara kreatif untuk menyelesaikan langsung aneka permasalahan masyarakat yang ada di sekitarnya.

Dan untuk memperkuat communication skills, kegiatan mahasiswa perlu didorong untuk memperkuat kecakapan komunikasi mereka.

Peran alumni sebagai mitra utama perguruan tinggi, diharapkan Muhadjir Effendy untuk meningkatkan kualitas tri darmanya.

Mendikbud RI juga sampaikan faktor dinamis saling terkait yang terus bergerak ke depan seiring perkembangan zaman yang perlu diperhatikan.

“Hal itu untuk menyiapkan kecakapan mahasiswa agar relevan dan sukses di masa depan, yakni hadirnya revolusi industri ke empat, globalisasi, kebutuhan domestik, dan hadirnya generasi milenial,” kata Muhadjir Effendy.

Sekarang kita memasuki Revolusi Industri ke-4 yang bertumpu pada cyber physical system, yang akan mengubah secara radikal cara manusia berkehidupan, bekerja dan berkomunikasi.

Pekerjaan yang semula dilakukan manual dan hanya mengandalkan koqnitif semata, sudah mulai digantikan oleh mesin serta robot dan teknologi informasi.

Diperkirakan, 35 persen ketrampilan dasar di dunia akan hilang pada tahun 2020, digantikan oleh jenis-jenis pekerjaan baru yang belum bisa kita bayangkan.

Di Asean, 19 persen ketrampilan dasar akan hilang pada kurun waktu yang sama. Dan diperkirakan pada 2025 aktivitas di Asean sudah berbasis teknologi digital. “Kalau demikian, kecakapan seperti apa yang perlu dibekalkan pada mahasiswa agar dapat beradaptasi dengan jenis pekerjaan masa depan?” papar Muhadjir Effendy.

Disampaikan Muhadjir, berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) mulai akhir 2015, memungkinkan peningkatan mobilitas dan persaingan tenaga kerja secara bebas antarsesama negara anggota Asean.

Pada tahun 2025 mobilitas tenaga kerja antarnegara anggota Asean diperkirakan sekitar 14,2 juta orang. Sementara itu, daya saing tenaga kerja Indonesia masih menduduki peringkat ke enam di Asean.

Globalisasi, menurut Muhadjir Effendy, tidak saja menghadirkan lalu-lalang manusia. “Namun juga budaya dan peradaban dari berbagai penjuru dunia,” tandas Muhadjir Effendy. (Affan)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow