Mudik Dilarang, Haedar: Kegiatan Wisata dan Pusat Keramaian Juga Harus Dibatasi

Mudik Dilarang, Haedar: Kegiatan Wisata dan Pusat Keramaian Juga Harus Dibatasi

Smallest Font
Largest Font

YOGYAKARTA — Pengunjung di pusat perbelanjaan menjelang ‘Idul Fitri ini meningkat jumlahnya. Di kala normal pemandangan seperti itu lumrah dan menjadi ciri khas negeri ini ketika menyambut hari raya. Namun menjadi tidak normal dan mengkhawatirkan karena saat ini pandemi Covid-19 belum reda.

Realitas seperti itu adalah ironi yang kasat mata di negeri ini. Di satu sisi kegiatan mudik dilarang, pencegatan ada dimana-mana, tapi di sisi lain keramaian di tempat wisata, kawasan perbelanjaan dibiarkan. Harusnya pembatasan keramaian dilakukan secara konsisten.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Kalimat tegas itu disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si., dalam rilis yang diterima mediamu.com, Kamis 6 Mei 2021.

Kasus India yang mengalami gelombang besar Corona fase kedua, menjadi kecemasan dunia sampai banyak negara menutup kunjungan dari negeri Asia Selatan tersebut. Malaysia menyusul lonjakan Covid-19 yang tinggi. Muncul juga informasi adanya Covid-19  varian baru.

Bila penularan meningkat lagi,  baik di dunia maupun Indonesia, akan semakin berat beban kehidupan yang harus ditanggung bersama. Kondisi ini perlu menjadi peringatan serius semua pihak.

Setahun wabah Covid-19 dampaknya luas, tak kecuali sisi ekonomi. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data jumlah penduduk miskin pada September 2020 mencapai 27,55 juta orang. Dalam satu tahun pandemi Covid-19, orang miskin di Indonesia bertambah 2,76 juta orang. Bagaimana mengatasi penambahan jumlah kemiskinan? Tentu bukan masalah sederhana.

Sangat berat beban hidup saudara-saudara sebangsa yang mengalami derita hidup. “Serba berkekurangan dan keterbatasan. Hanya untuk memperoleh sesuap nasi setiap hari pun sungguh berat meski mendapat bantuan sosial,” tutur Haedar Nashir, Kamis 6 Mei 2021.

Haedar mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk berempati dan peduli pada saudara-saudara sebangsa yang terpapar Covid-19. Apalagi bagi yang meninggal dan keluarga yang kehilangan orang-orang tercinta sungguh berat. Tak dapat dibayangkan beban musibahnya.

Demikian pula beban para dokter, tenaga kesehatan, sukarelawan, dan pengelola rumah sakit yang bertugas ekstra keras di garda depan. Sekaligus menjadi benteng terakhir melawan pandemi Covid-19 yang dahsyat ini. “Pernahkah terpikir betapa di antara kita tidak terasa sudah kehilangan orang-orang terdekat, yang tidak dapat berjumpa lagi karena menghadap Tuhan terkait wabah Covid-19 ini?” tandasnya.

Haedar mengimbau kaum muslim untuk menunjukkan suri teladan atau uswah hasanah. Puasa Ramadhan bagi setiap muslim dapat dijadikan jalan rohani pengendalian diri antara lain tetap waspada dengan wabah Covid-19.

Hal tersebut dengan tetap mengikuti protokol kesehatan. ‘Idul Fitri ini boleh dijalani dengan kegembiraan. “Tapi jangan berlebihan dengan belanja dan aktivitas lainnya yang melampaui kemestian apalagi dengan berkerumun,” kata Haedar mengingatkan.

‘Idul Fitri harus dijalani sebagai satu rangkaian dengan puasa Ramadan. Lebih-lebih situasi pandemi Covid-19 yang belum reda. Kedepankan kesahajaan dan jauhi keberlebihan karena Allah tidak menyukai hamba-hamba yang melampaui batas.

Banyak saudara kita yang kekurangan dan terdampak pandemi. Selaku insan beriman mesti menunjukkan sikap empati, simpati, dan peduli sebagai wujud ihsan dan kesalehan.

Ia kembali mengingatkan, kegiatan ibadah yang melibatkan kerumunan sebaiknya dihindari dan ditempuh cara yang juga dibolehkan syariat Islam di kala darurat. Jangan merasa aman dan terbebas dari pandemic.

“Jauhi sikap ananiyah atau egois dan ghuluw atau ekstrem dalam beragama dan menyambut lebaran,” tegas Haedar.

Pelaksanaan shalat sunnah ‘Idul Fitri perlu super hati-hati. Kalau tidak memungkinkan, sebaiknya dilakukan sangat terbatas di sekitar lingkungan atau di rumah tanpa melibatkan  jamaah yang banyak.

Sabda Nabi SAW, jauhi hal darurat dan yang menimbulkan kedaruratan bagi orang lain. Allah  mengingatkan dalam Al Qur’an jangan menjatuhkan dirimu pada kebinasaan atau kehancuran (QS Al Baqarah: 195). Allah SWT menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan dalam beragama (QS Al Baqarah: 185).

Tentang larangan mudik oleh pemerintah, Haedar meminta semua mengikuti demi mencegah wabah dan mengatasi pandemi Covid-19 agar tidak bertambah luas. Memang berat meninggalkan tradisi mudik yang memiliki manfaat positif bagi persaudaraan di tempat asal.

“Sikap seksama bukanlah takut dan paranoid, tapi bagian dari ikhtiar mengatasi pandemi dan kita juga berharap pemerintah membatasi kegiatan wisata dan pusat keramaian lainnya agar konsisten. Apalah artinya mudik dilarang kalau pusat-pusat keramaian publik dilonggarkan,” kata Haedar. (Affan)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow