Muhammadiyah Harus Jadi Organisasi Sehat dan Modern

Muhammadiyah Harus Jadi Organisasi Sehat dan Modern

Smallest Font
Largest Font

YOGYA – Sebagai organisasi gerakan keislaman, Muhammadiyah harus terus menguatkan ideologinya di tengah dinamika gerakan keagamaan saat ini dengan tata kelola organisasi yang modern dan berkemajuan. Hal ini menjadi inti dari sesi ke-2 Dialog Ideopolitor PWM DIY, pada hari Ahad (19 Muharram 1445 H bertepatan 6 Agustus 2023) di Gedung AR Fachruddin Unit B Lantai 5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dalam sesi ini, ada dua materi. Pertama, Penguatan Ideologi Muhammadiyah di Tengah Dinamika Gerakan Keagamaan oleh Ketua PP Muhammadiyah Dr. Agung Danarto, M.A. Ia menjelaskan tiga ranah ideologi Muhammadiyah. Pertama tentang keyakinan, paham, dan pandangan worldview Muhammadiyah itu sendiri terhadap keagamaan, kehidupan, kemasyarakatan, kebangsaan, dan segala sesuatunya.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Agung mengajak seluruh kader dan pimpinan Muhammadiyah untuk meyakini bahwa Islam adalah agama rahmatan lil’alamin, artinya dapat membawa kebahagiaan dan keberkahan bagi umat manusia. Di samping juga meyakini bahwa manusia harus bertauhid untuk menegaskan eksistensinya sebagai khalifah di muka bumi.

Ranah kedua adalah strategi, dimana harus memikirkan dan merancang bagaimana Muhammadiyah dapat mewujudkan cita-cita dan keyakinan seperti yang disebutkan sebelumnya. Maka, semisal Muhammadiyah bergerak di bidang agama, pendidikan, dan sosial kemasyarakatan serta tidak berpolitik dan berpartai, maka itu salah satu strateginya.

Ketiga, adalah imamah yang justru lebih detil rinci dari strategi, artinya langkah konkrit untuk bisa merealisasikannya. Bicara imamah juga bicara ketaatan, yang mana ada implementasi Ideologi dengan harus tegak lurus dengan organisasi.

“Namanya kader harus tegak lurus terhadap kebijakan dan aturan organisasi. Itu adalah tugas kader. Kalau tidak, maka dia bukan kader. Begitu juga pimpinan, jika tidak tegak lurus, maka perlu dipertanyakan imamah dan ideologinya. Bila pimpinan bukan kader, berhenti saja jadi pimpinan,” tegas Agung.

Terkait ideologi, Muhammadiyah memiliki banyak produk ideologi di lingkungan Muhammadiyah dan perlu disosialisasikan lebih lanjut. Misalnya, ada dokumen berjudul Surat Pengakuan Muhammadiyah sebagai Badan Hukum, yang menjadi landasan bagi amal usaha untuk tidak mendirikan yayasan sendiri.

Lalu, AD/ART Muhammadiyah dan Himpunan Peraturan Organisasi yang memuat segala hal tentang aturan menjalankan organisasi persyarikatan Muhammadiyah di segala aspek. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) sebagai landasan dalam berislam dan bermuhammadiyah.

Risalah Islam Berkemajuan, meskipun baru diputuskan pada Muktamar 48 tahun lalu, keberadaannya sudah menjadi ikon dan jatidiri Muhammadiyah sejak awal. Di dalamnya ada keyakinan bahwa orang Islam harus maju, pintar, kaya, tidak boleh miskin, dan lain sebagainya.

Risalah lainnya seperti Isu-Isu Strategis Kemanusiaan Universal, Tafsir At Tanwir, Himpunan Putusan Tarjih, Majalah Suara Muhammadiyah dan Suara ‘Aisyiyah, Manhaj Gerakan Muhammadiyah, hingga Tanya Jawab Agama juga menjadi produk ideologi yang penting. Tentunya ini sebagai bagian dari doktrin yang bukan hanya harus dibaca, tetapi juga dipelajari.

Agung mengharapkan agar produk atau buku yang disebutkan itu harus dibaca dan sosialisasikan. Karena selama ini, kelemahan pimpinan Muhammadiyah salah satunya jarang membaca dokumen resmi, sehingga merasa gumunan dan terpukul dengan pihak lain.

“Padahal, Muhammadiyah menurut Robert Hefner adalah organisasi yang tiada bandingannya di muka bumi, dengan adanya amal usaha yang satu ormas pun tidak bisa menyaingi. (Di samping juga) mampu untuk mensinergikan antara nilai keagamaan dengan kebutuhan sosial masyarakat.

Jadi, yang membaca produk-produk tersebut, termasuk mubaligh, harus menerjemahkan ini dengan sekreatif dan sedemikian rupa. “Tinggal bagaimana cara kita mendakwahkannya, kemudian perlu dikembangkan dan dididik bahwa Muhammadiyah organisasi yang diberkati, hebat, dan lain sebagainya,” tuturnya.

Sementara itu, Sekretaris PP Muhammadiyah Muhammad Sayuti, M.Pd., M.Ed., Ph.D selaku narasumber kedua mengajak seluruh pimpinan dan warga untuk bersyukur menjadi keluarga besar Muhammadiyah di usianya ke-114 tahun, -dalam penanggalan hijriah. Selain menorehkan catatan luar biasa dari struktur organisasinya, tentunya ini menjadikan tantangan struktural semakin banyak.

Dalam materi Tata Kelola Muhammadiyah sebagai Organisasi yang Modern dan Berkemajuan, sebagai organisasi persyarikatan harus sehat, efektif, dan efisien tidak hanya pengurusnya, tetapi juga struktur dan sistemnya. Maka diperlukan strategi dan kultur baru, dari cara organisasi harus berubah

“Kita sudah menjadi organisasi global, dengan banyaknya PCIM di beberapa titik dunia. Sampai ada perkataan dari PRIM Sydney, bahwa saat ini kantor PP Muhammadiyah ada di Yogyakarta dan Jakarta, maka suatu saat nanti akan disiapkan juga kantor pusat di Sydney,” ujar Sayuti.

Sayuti menganggap jika cara kerja dari Muhammadiyah masih Jogjasentris atau Jogja banget. Oleh karenanya, ia mendorong perubahan agar persyarikatan terus lestari sampai akhir zaman, melalui adaptasi dengan cara modern dalam mengelola organisasi, dari pusat sampai ke ranting supaya Muhammadiyah tetap menjadi organisasi yang maju, profesional, dan modern.

“Ini bertujuan agar Muhammadiyah di semua tempat, dari pusat sampai ranting tidak mengalami kemandekan. Sehingga, jangan sampai jika organisasinya tidak sehat, malah harus menunggu ada Muktamar, Musywil, Musyda, dan seterusnya,” tandas Sayuti. (*)


Wartawan: Dzikril Firmansyah

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow