Pak Haedar: Jangan Musuhi Orang yang Kena Covid
SEMARANG – Pandemi membawa umat manusia pada situasi dengan problem kesehatan menjadi sesuatu yang sangat vital. Selain kesehatan, pandemi meruntuhkan hegemoni ekonomi, politik, dan kebudayaan masyarakat dunia.
Pernyataan tersebut disampaikan Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si. (Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah) dalam Pengajian Milad Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) ke-22 dengan tema “Reaktualisasi Gerakan Al-Maun untuk Indonesia Sehat”, Rabu (4/8). Acara juga dihadiri Drs. H. Tafsir, M.Ag. (Ketua PWM Jateng), Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd. (Rektor Unimus), BPH Unimus, serta tamu undangan lainnya.
Menurut WHO dalam konteks kesehatan tidak ada situasi terburuk dari kesehatan dunia kecuali setelah pandemi. Selain dampak yang luas, kini tercatat lebih dari 4,2 juta orang meninggal di dunia. Jika digabungkan dari akumulasi penyakit-penyakit menular lainnya ditambah pandemi, maka inilah yang dikatakan situasi terburuk dari kesehatan.
Solidaritas dunia menjadi hal penting dalam menghadapi pandemi, sehingga perlu kerja sama antarbangsa. “Kita harus menjaga jiwa, mempunyai kesadaran kolektif, kemanusiaan universal, dan pandemi ini harus kita hadapi bersama. Dalam konteks inilah reaktualisasi Al-Maun sebagai kemanusiaan kita dalam kehidupan orang banyak” jelasnya.
Pak Haedar menjelaskan kontekstualisasi Surah Al Maun pada masa pandemi. Seperti yang diajarkan KH. Ahmad Dahlan bahwa membaca dan menghafal Al Qur’an perlu disertai implementasinya, sehingga lahirlah gerakan Al Maun.
Implementasi Surah Al Maun yang dilakukan Muhammadiyah melalui gerakan kesehatan masyarakat, dimana orang Islam harus sadar bahwa sehat itu penting, baik jasmani maupun rohani. Sistem pranata kesehatan perlu menyadari etos Al Maun.
Kesehatan jasmani dapat membuat seseorang beribadah dengan baik, dengan sehat segala hal jadi lebih mudah.
Lewat gerakan Al Maun, Muhammadiyah mengajarkan seseorang tidak hanya memberikan, juga mencari kail, dan ilmu membuat kail. Di satu sisi Muhammadiyah memberikan santunan pada yang membutuhan, di sisi lain juga memberdayakan. Rumah sakit dan gerakan social Muhammadiyah hadir di masyarakat sebagai gerakan kedermawanan dan transformasi sosial (membina dan memberdayakan).
“Ujian pandemi adalah ujian transformasi kolektif. Janganlah memusuhi orang-orang yang kena, bahkan harus kita santuni, empati, tetapi caranya dengan prokes. Hati kita harus bersama mereka,” tegasnya.
Pandangan tentang keagamaan dan ilmu, solidaritas, serta etika social perlu dimiliki warga Muhammadiyah. Di samping itu spiritualisasi merupakan hal yang harus selalu dilakukan, usaha taqorrub pada Allah SWT, serta menyatu dengan ikhtiar. (*)
Wartawan: Afifatur Rasyidah I.N.A.
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow