Pameran Kaligafi Islam Upaya Dekatkan Hidup pada Al Qur’an
YOGYA – “Kita nggak menyangka, tiba-tiba hidup dan kehidupan berubah karena korona.” Kalimat singkat ada dalam pembuka katalog Pameran Kaligrafi Islam Nasional di Bandara YIA, 15 Agustus 2021 sampai 15 September 2021. Satu bulan penuh.
Gara-gara corona semua memang berubah. Cara bersosial menjadi berbeda. Berkumpul menjadi tabu, salaman menjadi kebiasaan saru, dalam beribadah di masjid tiba-tiba kembali dalam jaman entah kapan.
“Kita nggak menyangka dalam hidup banyak ujian dan seolah cobaan bertubi dalam kesabaran dan keikhlasan,” tambah Taufik Ridwan, CEO Dini Art Production, dalam katalog tersebut.
Pameran ini diikuti 50-an seniman berbagai kota di Indonesia, kerja sama Bandara YIA (PT Angkasa Pura 1 Yogyakarta) dengan Dini Art Production. Sedangkan mediamu.com dipercaya sebagai media partner. Pihak lain yang terlibat adalah Battiki Jannati: Batik Filosofi Islam, Islamic Art Exhibition, KopiKuden, Gigas, dan Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM) DIY.
Para seniman tersebut antara lain Syaiful Adnan, Amri Yahya (almarhum), Munichi B Edrees, Syahrizal Koto, Agus Baqul, Iqrar Dinata, Midhan Anis, dan Miftahul Khoir. Tema yang diangkat “Berdoa untuk Negeri: Indonesia Tanggung Indonesia Tumbuh” dengan topik “Berdoa untuk Keselamatan Negeri”. Selain untuk menyambut Tahun Baru Hijriyah, pameran ini juga dalam rangka memeriahkan HUT ke-76 kemerdekaan RI.
“Kita nggak menyangka hidup lebih menekan dalam bingkai sempit untuk tetap semangat melawan keterbatasan. Itulah takdir yang kita hadapi dan nyata. Semoga saja ini bukan laknat, sebab kita masih menyimpan iman dan praktik-praktik ketakwaan dalam keseharian dan bahkan kesendirian,” lanjut Taufik Ridwan yang juga Ketua Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM) DIY ini.
Adalah takdir juga bila tiba-tiba Taufik dengan semangat menawarkan kepada seniman kaligrafi untuk beraksi saat pandemi. Aksi berpameran secara offline dan online di tengah hiruk pikuk.
Bayangkan, tambah Taufik, Bandara YIA yang seharusnya berisi manusia hebat, dengan uang cukup, biasanya disesaki 40 ribu orang per hari. Tetapi, karena pembatasan saat pandemic sekarang menjadi “hanya” 5.000-an per hari.
“Pameran lukisan kaligrafi Islam di bandara, mungkin saja menjadi sesuatu yang asing dan seolah sulit terwujud,” ungkapnya. Ia dengan berani mengklaim, ini adalah pameran kaligrafi Islam terbesar di dunia sampai saat ini.
Goresan-goresan para kaligrafer dari seluruh penjuru negeri menjadi sebuah untaian do’a saat kehidupan berbangsa masih merana karena corona. Segera terbebas dari covid adalah munajat dan hajat yang dipanjatkan setiap saat.
“Kaligrafi di Bandara YIA seolah digambarkan sesuatu yang naik kelas saat pandemi,” tandas pemilik Kopi Kuden ini.
Dakwah Islam, katanya, harus mendekatkan kepada jamaah dan umat. Ketika Islam tidak secara masif didakwahkan, jangan-jangan setan bersama kerabatnya akan makin mudah mengajak kepada kesesatan.
Karena itulah memamerkan serta mengajak umat dan masyarakat selalu mendekatkan diri dalam Firman Allah SWT harus dilakukan tanpa henti, siapapun pemegang kendali negeri. Sembari berharap, petinggi negeri tetap istiqomah paham dan memahami bahwa umat Islam yang mayoritas harus diperlakukan secara khusus dan istimewa tanpa harus mengistimewakan.
Negeri ini sedang membutuhkan kegiatan berjamaah untuk bermunajat kepada Yang Maha Khaliq agar ujian yang makin berat tidak ditimpakan kepada kita. Kita bukanlah dholim, selama mau memahami pesan dan firman Ilaahi Robbi.
“Ketika kita jauh dan menjauhkan dari Al Qur’an jangan harap hidup menjadi berkah dan berlimpah keberkahan,” katanya. (*)
Unggahan berita ini sebagai bentuk partisipasi mediamu.com sebagai media partner.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow