Pendekar Tapak Suci se Indonesia Berkumpul Bahas Kurikulum
SLEMAN – Ratusan pendekar dari 25 Pimpinan Wilayah (Pimwil) Tapak Suci Putera Muhammadiyah berkumpul dalam Sarasehan Pendekar Tapak Suci di Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu-Ahad (8-9/7). Sarasehan Pendekar diadakan PP Tapak Suci dan dibuka Ketua Umum Drs. M. Afnan Hadikusumo, hari Sabtu (8/7).
Sarasehan digelar untuk mengembangkan keilmuan Tapak Suci. Salah satunya, dengan mengembangkan kurikulum bagi anggota
Menurut Drs. H. Hisbullah Rahman, P.Br., Ketua Majlis Guru PP Tapak Suci, keilmuan Tapak Suci bersifat metodis dinamis sehingga pada perkembangannya akan terjadi penyempurnaan. Selama ini, keilmuan Tapak Suci dibagi dalam 3 tingkatan, yaitu pendasaran, pendalaman, dan pengembangan.
“Perkembangan keilmuan Tapak Suci perlu pemurnian supaya ke depan menghasilkan kader dan atlet yang lebih membanggakan lagi buat perguruan maupun bangsa Indonesia dalam kancah olahraga silat baik regional maupun internasional,” jelas Hisbullah.
Sementara itu, Afnan Hadikusumo menjelaskan, Tapak Suci Putera Muhammadiyah didirikan 31 Juli 1963 bertepatan dengan 10 Rabi’ul Awwal 1383 H di Kauman, Yogyakarta. Sebelum itu masih dikelola dalam bentuk padepokan yang kental dengan senioritas.
Sejak 1963 itulah, para pendiri memutuskan untuk mengelola Tapak Suci menggunakan sistem pengelolaan organisasi modern yang dipimpin seorang ketua umum dan selanjutnya Tapak Suci ditetapkan sebagai organisasi otonom di bawah Persyarikatan Muhammadiyah.
Sebagai perguruan seni beladiri bercorak modern, Tapak Suci mengembangkan metode pembelajarannya menjadi lebih sistematis, metodis, dan dinamis. Hal ini dianggap penting karena belajar adalah proses memperoleh pengetahuan dan mentransmisikan kepada orang lain.
“Kedua proses tersebut harus terkait, dan penting bagi pembelajar untuk belajar dan memperoleh pengetahuan yang mereka butuhkan agar menjadi anggota yang efektif dan sukses,” kata Afnan.
Belajar dapat berlangsung dengan berbagai cara. Pembelajar dapat memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung atau dengan diajarkan sesuatu oleh pelatih. Kebanyakan orang belajar paling baik ketika dibimbing para profesional yang dapat menjelaskan apa yang mereka lakukan.
Maka, lanjutnya, sangat penting bagi kurikulum untuk fleksibel dan memungkinkan fakta bahwa pembelajar bervariasi sejauh apa yang mereka minati dan akan dicapai. Inilah sebabnya mengapa pengajaran jurus dasar misalnya, tidak selalu sesuai dengan kemampuan gerakan setiap pembelajar. Demikian pula, pengajaran kuda-kuda, rangkaian jurus, dan mata pelajaran lain membutuhkan fleksibilitas.
Di era globalisasi ini, Tapak Suci menghadapi tantangan kemajuan zaman. Sehingga setiap gerak dan langkah keilmuannya dituntut untuk melakukan 3 (tiga) hal.
Pertama, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, penyamaan persepsi keilmuan. Ketiga, standarisasi kurikulum sesuai jenjang dan tingkatan serta usia
Atas dasar itulah, kata Afnan, PP Tapak Suci memandang perlu melakukan rekonstruksi kurikulum untuk menjawab problematika di lapangan, misalnya masih ditemukan ketidakseragaman materi jurus-jurus yang diajarkan antara satu tempat dengan tempat lain.
Dengan dilakukannya rekonstruksi kurikulum ini, akan membantu memudahkan para pelatih dalam melakukan proses transfer keilmuan kepada para siswa maupun kader Tapak Suci di masa mendatang. (*)
Berita ini diterima mediamu.com dari PP Tapak Suci
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow