Pengabdian di Negeri para Raja
MALUKU UTARA — Sebanyak 30 orang yang terbang dari Yogyakarta ke Provinsi Maluku Utara ikuti kegiatan bertemakan “Ukhwah Pengabdian Bersama Membangun Indonesia”.
Beranggotakan tim kesehatan dari RS Nur Hidayah, Bantul, yang merupakan dosen dan alumni Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), melakukan dakwah melalui kegiatan sunatan massal di berbagai daerah se-Provinsi Maluku Utara.
Menurut dr Sagiran, kegiatan yang dipimpinnya merupakan bentuk terapan dari salah satu catur dharma Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM): dakwah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
Kelompok medis sebanyak 21 orang terdiri dari dokter, perawat dan tenaga nonmedis.
Disampaikan Sagiran, sunatan massal ini sebagai program UMY mengabdi. Dan hal ini didasari atas partisipasi dari tim medis yang merupakan alumni FKIK UMY.
Kegiatan kali ini bisa dibilang sebagai bentuk pengabdian dari UMY terhadap bangsa. “Karena tim medis yang berangkat ke Maluku Utara adalah mereka yang pernah menjadi mahasiswa di FKIK UMY,” kata Sagiran.
Bahkan, ada seorang dokter dari Ternate bernama Nina, yang memfasilitasi dan mendukung kegiatan ini berlangsung.
Sunatan massal ini menjadi sarana berdakwah dan pengabdian terhadap masyarakat yang berada di Provinsi Maluku Utara.
Prosesi sunat atau khitan bukan hanya kegiatan medis belaka, akan tetapi merupakan kewajiban bagi seorang pria muslim. Maka, program ini sangat membantu bagi umat muslim yang belum berkhitan. “Mengingat di sana tenaga medis yang seorang muslim masih sangatlah jarang,” tandas Sagiran.
Kegiatan ini, dikatakan Sagiran, berlangsung selama lima hari pada tanggal 21-25 Agustus 2018. Dikarenakan sunatan massal dilaksanakan di beberapa tempat, maka tim medis dibagi menjadi lima kelompok. Tim 1 di Ternate, Tidore dan Sofifi, tim 2 berada di daerah Weda, tim 3 ditempatkan di Tobelo, tim 4 bertugas di Subaim, dan tim 5 melaksanakan kegiatan di Ambon dan Pulau Seram. Total peserta yang mengikuti sunatan massal berjumlah 2.663 orang. Jumlah ini melebihi dari rencana awal yang hanya menargetkan 2.500 orang saja.
Peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan ini beragam usianya, mulai dari bayi yang berumur 2, 5 bulan sampai seorang pria paruh baya dengan usia 53 tahun.
Sagiran pun mengatakan, sebelum berangkat mereka menargetkan para mualaf untuk ikut dalam acara ini. Sesuai dengan harapannya, terdapat 300 orang mualaf yang menjadi pasien khitan. Usianya pun beragam, mulai dari remaja berumur 14 tahun hingga pria yang sudah menjadi ayah dengan usia 53 tahun.
“Dengan hasil ini, tentunya semua anggota tim yang berangkat dari Yogyakarta merasa perjuangannya tidak sia-sia,” tandas Sagiran.
Ditambah lagi dengan antusiasme warga yang sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan diadakannya sunatan massal yang tidak terjadwal hingga dua kali seperti di kota Ternate.
Selain melakukan khitanan massal terhadap kaum muslimin yang berada di Maluku Utara, Sagiran juga mengunjungi RS Islam PKU Muhammadiyah Maluku Utara yang mengalami masalah akreditasi rumah sakit.
Pemerintah sudah menetapkan peraturan kepada seluruh rumah sakit yang ada di Indonesia untuk terakreditasi pada tahun 2019. Untuk itu, Sagiran yang juga menjabat sebagai Kepala Devisi Sertifikasi Syariah Majlis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia (MUKISI) memberi masukan dan arahan di rumah sakit tersebut.
Sagiran bersama rekan-rekannya berupaya untuk membantu semaksimal mungkin agar RS Islam PKU Muhammadiyah Maluku Utara tidak ditutup. “Karena belum terakreditasi,” tandas Sagiran.
Melalui misi kemanusiaan yang dilakukan oleh UMY, RS Nur Hidayah, UMMU, dan Yayasan Al-Furqon ini, semua pihak berharap agar kegiatan yang dijalankan dapat memberikan efek positif terhadap perkembangan dan kesejahteraan kehidupan di tanah Maluku, tempat yang mendapat julukan sebagai “negeri para raja”. (affan)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow