Penundaan Muktamar karena Kemanusiaan, Bukan Takut dan Tidak Takut

Penundaan Muktamar karena Kemanusiaan, Bukan Takut dan Tidak Takut

Smallest Font
Largest Font

YOGYAKARTA — Ini bukan masalah takut dan tidak takut, tapi realitas yang sedang dihadapi sekarang terkait masih tingginya penyebaran virus Corona di Indonesia, juga dunia pada umumnya. Muhammadiyah terus berijtihad mencari solusi. Hal yang sudah dilakukan organisasi keagamaan yang didirikan Kiai Dahlan ini antara lain mengeluarkan fatwa shalat di rumah dan menyarankan melakukan konversi qurban menjadi infaq.

“Meski tidak mudah, Muhammadiyah terus meyakinkan umat untuk mau mematuhi protokol kesehatan. Ini (penundaan pelaksanaan muktamar) merupakan wujud kepedulian Muhammadiyah untuk menyelamatkan nyawa sesama manusia,” tegas Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dalam Press Conference Tanwir Muhammadiyah, Jum’at 17 Juli 2020.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 pada awalnya dilaksanakan pada awal Juli 2020 di Surakarta. Karena virus Corona mewabah ditunda hingga akhir Desember 2020. Sampai Juli ini belum ada tanda-tanda penyebaran virus mereda, Sidang Tanwir secara online memutuskan menunda hingga 2022, atau jika keadaan memungkinkan ditunda hingga 2021.

“Penundaan agenda besar Muhammadiyah adalah karena alasan kemanusiaan, dan supaya fokus dalam penanganan pandemi,” kata Haedar yang guru besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tersebut.

Sebagai warga dunia, lanjutnya, kita harus tetap melakukan physical distancing dan mematuhi protokol kesehatan karena dampak Covid-19 sangat luar biasa. Nyawa manusia adalah segala-galanya. Hingga 17 Juli 2020, tercatat 593.019 jiwa meninggal dunia dan 13.962.530 terjangkit virus ini, dan angka tersebut terus melonjak.

Kematian adalah hak Allah, namun manusia punya peran. Pandemi Covid-19 mengajarkan arti pentingnya nyawa manusia. Segala bentuk hal, seperti perang, yang menyebabkan matinya manusia merupakan tragedi kemanusiaan. Dalam konteks Indonesia, sila kedua dari Pancasila secara tegas menjunjung tinggi kemanusiaan.

Sebagai seorang muslim, kita meyakini firman Allah dalam Al Qur’an Al Maidah ayat 32 yang mengandung makna membunuh satu nyawa sama dengan membunuh seluruh nyawa manusia di dunia. Begitupun sebaliknya, menjaga satu nyawa sama dengan menjaga seluruh kehidupan.

Dalam menghadapi Covid-19, kita harus melakukan langkah adaptasi dan mencari penyelesaian masalah dari berbagai aspek. Apabila ada warga yang tidak mematuhi protokol kesehatan, itu termasuk perbuatan tidak bertanggung jawab.

Haedar berharap, segala kebijakan pemerintah senantiasa berdasarkan data dan kajian mendalam. Para warga diminta berta’awun dan memberikan solusi terbaik. Apabila tetap berdisiplin mengikuti protokol kesehatan, insya Allah pandemi segera berakhir.

Juga diharapkan, kita peduli pada tenaga kesehatan, karena yang berada di zona perang itu para dokter dan anggota medis. Maka, sikap empati dari diri masing-masing sangat dituntut untuk memperjuangkan serta mengurangi beban dari para anggota medis.

Semua pihak diajak mengabdi pada negara dengan terus berusaha melindungi diri dan saudara satu nusa dan bangsa, serta menjadikan agenda penanggulangan Covid-19 sebagai prioritas utama. Khusus kepada anggota dewan dan pejabat negara diminta mengutamakan Covid-19 sebagai problem utama dan penting. Karena itulah pembahasan beberapa RUU kontroversial perlu dipertimbangkan kembali. Semua pihak, para elite dan warga bangsa seharusnya fokus pada penanganan Covid-19. (hr)


Sumber berita: suaramuhammadiyah.id

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow