Perempuan Muhammadiyah di Masa Wabah

Perempuan Muhammadiyah di Masa Wabah

Smallest Font
Largest Font

YOGYAKARTA — Adalah dokter Iin Inayah (48 tahun). Wanita kelahiran Majalengka ini sejak 2003 bertugas di RS Islam Pondok Kopi Jakarta. Ia menjadi salah satu dokter yang menangani pasien Covid-19 ini. Perasaan tertantang, sedih, terharu sekaligus cemas dan khawatir campur aduk.

“Kami dihadapkan pada situasi pekerjaan yang penuh dinamika, tidak menentu, suasana kerja bisa berubah sewaktu-waktu. Awalnya hanya bersiap dengan APD sederhana (masker bedah) kemudian membentuk tim Covid-19 hingga akhirnya rumah sakit menambah fasilitas layanan berupa pos screening dan Pos KLB (kejadian luar biasa),” katanya.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Pada satu hari ada pasien datang berobat ke poli spesialis paru. Saat diperiksa suhu tubuhnya tidak ada tanda demam serta tidak menyampaikan ada keluhan batuk. Namun, hasil pemeriksaan spesialis paru diagnosanya menunjukan pasien status PDP (Pasien Dalam Pengawasan) dan harus dilakukan tindakan pemantauan di ruang isolasi IGD.

Pasien tersebut diarahkan dan dikirim ke ruang isolasi IGD. Situasi IGD yang semula sibuk melakukan dan menatalaksana pasien gawat darurat seketika sempat heboh dan panik. Sejak saat itu APD mulai dilengkapi, triase diperketat, jam praktik dokter dikurangi, akses masuk dan keluar hanya 1 pintu, pos screening dipindah mendekati gerbang, serta mulai dilakukan renovasi ruangan untuk menambah kapasitas dalam menangani kasus Covid-19.

Sejak pernyataan manajemen RSI Jakarta Pondok Kopi tentang pemberlakuan Pandemi, saat itu pula dia dan semua rekan sesama nakes mulai banyak menghadapi, memahami karakter orang-orang di sekitarnya yang muncul di saat situasi sulit ini.

“Contohnya kami menghadapi beberapa pasien paranoid, emosional, merasa diri paling gawat sehingga membuat pernafasan sesak sampai pingsan,” imbuhnya.

Iin mengakui kecemasan juga melanda para tenaga medis sehingga ada yang mempengaruhi sikap-sikap mereka dalam bekerja. “Tapi ibarat musuh sudah di depan mata, tak ada waktu lagi untuk mengelak selain harus terus maju melayani. Kami menyerahkan permasalahan mental ini ke tingkat manajemen agar mendapat perhatian khusus,” tegasnya.

Hingga kini di Rumah Sakit Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (RSMA) yang terlibat aktif dalam merawat pasien Covid-19 tercatat 576 dokter, 2.496 perawat dan 1.815 petugas pelaksana administrasi wanita yang menjalankan pelayanan kepada para pasien.

Di aspek pencegahan Covid-19 relawan wanita Muhammadiyah ada yang terlibat langsung dalam penyemprotan disinfektan baik di aset Muhammadiyah maupun tempat-tempat umum. Seperti yang dijalani Dewi relawan MCCC Banten dan Winarni Santosa dari MCCC Cilacap. Dua relawan wanita ini menggendong tangki disinfektan dan melakukan penyemprotan.

“Saya sudah lima kali melakukan penyemprotan disinfektan di berbagai tempat baik milik Muhammadiyah maupun tempat umum,” kata Wiwin. Bersama rekan-rekannya sesama relawan wanita aktif MDMC dan ‘Aisyiyah Kabupaten Cilacap tepatnya di Cabang Sidareja. Wiwin merasa terpanggil dan senang hati menjalankan tugas sebagai meski harus menggendong tanki disinfektan.

Mulya Dewi mengungkapkan hal yang sama. Sudah 80 tempat baik Amal Usaha Muhammadiyah maupun fasilitas publik yang disemprot. Dewi dan beberapa relawan Muhammadiyah lainnya sering bergabung dengan petugas BPBD setempat.

Ditanya tentang pengalaman menyemprot yang berkesan Dewi mengatakan saat melakukan penyemprotan di perumahan kawasan Poris Gaga, Batu Ceper, Kota Tangerang bersama dua relawan wanita Muhammadiyah lainnya. “Kami diberi kenang-kenangan sebagai tanda terima kasih dan motivasi untuk terus bergerak. Perhatian istimewa bagi kami yang bergerak karena kerelawanan ini,” katanya.  

Masih banyak relawan wanita Muhammadiyah lainnya di berbagai level struktur mulai dari tingkat ranting hingga pusat di seluruh Indonesia yang terlibat aktif dalam memerangi wabah Covid-19 ini. Mereka bergerak atas dasar kerelawanan dan kebersamaan berbekal pengalaman menjalankan organisasi selama ini, menjalankan semangat emansipasi yang disuarakan Kartini beberapa dekade silam. (hr)


Sumber: Rilis Budi Santoso, S.Psi., Tim Media MCCC PP Muhammadiyah

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow