Pesantren Muhammadiyah agar Lakukan Berbagai Penguatan

Pesantren Muhammadiyah agar Lakukan Berbagai Penguatan

Smallest Font
Largest Font

MADIUN — Muhammadiyah sudah seharusnya memiliki manhaj sebagai metode berpikir. Yakni, metode memahami ilmu atau ilmu agama disertai prinsip-prinsip (ar-ruju’ ila al-qur’an wa as-sunnah) berdasarkan pada agama atau aqidah yang benar.

Pendapat itu disampaikan Dr. Syamsul Hidayat, M.Ag. (Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah) dalam kajian virtual yang diselenggarakan Muhammadiyah Boarding School (MBS) Prof. Hamka Madiun, Ahad (11/7). Tema kajian adalah “Peran Pondok Pesantren Muhammadiyah dalam Menghadapi Problematika Umat.”

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Dalam materi berjudul “Pesantren Muhammadiyah di Tengah Berbagai Macam Paham Agama” itu Syamsul Hidayat mengutip pendapat K.H. Djarnawi Hadikusumo dalam buku “Ahlus Sunnah wal Jama’ah Bid’ah Khurafat.” Di buku antara lain dikutip ayat 100 QS. At Taubah. Makna kata assabiquna al-awwalun ini adalah generasi salaf yaitu sahabat, tabi’in, dan tabiut tabi’in.

Selanjutnya ia menyebutkan aliran-aliran teologis di antaranya Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Mutazilah, Jabariyah, Qadariyah, dan Syi’ah. Dalam hal ini, Muhammadiyah berpegang pada aqidah ahlul haq wa sunnah sebagaimana disebutkan dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT).

Secara fikih, paparnya, Muhammadiyah tidak mengikuti madzhab tertentu, tetapi bukan berarti antimadzhab. Fikih Muhammadiyah adalah fikih manhaji, bukan fikih madzhabi. Muhammadiyah juga tidak berpaham thariqah shufiyah seperti Naqsabandiyah, Qadiriyah, Syadziliyah, Rifa’iyah, dan Sanusiyah.

“Muhammadiyah tidak menggunakan tasawuf, tetapi tidak pula mengatakan pula bahwa tasawuf itu sesat. Artinya tidak digeneralisir bahwa semua tasawuf sesat,” ujar Syamsul. Gerakan Tajdid Muhammadiyah memiliki dua sayap, yaitu pemurnian (purifikasi-tajdid salafi dan pengembangan (dinamisasi-tajdid khalafi).

Syamsul mengingatkan agar pesantren Muhammadiyah terus melakukan berbagai penguatan seperti kurikulum ilmu-ilmu syari’ah, tahfidz dan tafhim Al Qur’an, aqidah, kaidah bahasa, kaidah tafsir, kaidah fikih, serta pengayaan wawasan. Dengan begitu, akan melahirkan ulama, zuama, da’i yang berwawasan luas serta memiliki prinsip dan karakter kuat. (*)


Wartawan: Nizam Zulfa
Editor: Robby H. Abror

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow