MediaMU.COM

MediaMU.COM

Portal Islam Dinamis Berkemajuan

May 4, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Rakernas LLHPB ‘Aisyiyah Bahas Isu Strategis Perubahan Iklim dan Bencana

JAKARTA – Untuk mengkonsolidasikan organisasi dan program kerja, Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan P usat (PP) ‘Aisyiyah menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas), Jum’at-Ahad (3-5 Muharram 1445 bertepatan 21-23 Juli 2023) di Jakarta. Acara ini dihadiri 74 orang dari 29 (dua puluh sembilan) LLHPB Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) se Indonesia.

 

Rakernas terselenggara atas dukungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Eco Bhinneka Muhammadiyah, Universitas Muhammadiyah Jakarta, dan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

 

“Tujuan Rakernas salah satunya adalah konsolidasi organisasi, pimpinan dan program. Bagaimana pimpinan memahami ruang lingkup dan isu lingkungan dan kebencanaan, serta bagaimana program sejalan dengan Tanfidz Keputusan Muktamar ke 48 ‘Aisyiyah,” jelas Rahmawati Husein Ketua LLHPB PP ‘Aisyiyah.

 

Tema yang dipilih “Ketahanan Keluarga terhadap Perubahan Iklim dan Bencana untuk Mewujudkan Qoryah Thoyyibah.” Menurut Rahmawati, ketahanan keluarga menjadi penting, karena keluarga merupakan fondasi utama. Dari keluarga inilah diharapkan ada kelentingan atau ketangguhan beradaptasi dengan perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana.

 

Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah, memberi penjelasan mengenai konsep Qaryah Thayyibah ‘Aisyiyah (QTA). “QTA adalah komunitas atau kelompok, desa, perkampungan, yang penduduknya beragama Islam, menjalankan Islam secara kaffah, untuk mewujudkan Islam yang sebenar-benarnya,” katanya.

 

Di dalam QTA terdapat berbagai aspek yang bisa dibangun. Dari aspek spiritualitas atau agama, akan dibentuk kelompok yang kaffah, baik hamblumminallah maupun hablumminannas. Juga ingin dibentuk masyarakat cerdas dan sadar, melalui peningkatan aspek pendidikan, kesehatan, dan sosial kemasyarakatan.

 

“Termasuk bagaimana cerdas dan sadar terhadap pengelolaan lingkungan dan risiko bencana,” tandas Salmah.

 

QTA, tambahnya, merupakan wujud program lintasMajelis karena bisa disinergikan, baik dengan Majelis/Lembaga di internal ‘Aisyiyah/Muhammadiyah maupun dengan pihak luar.

 

Salmah mengajak LLHPB melalui keluarga untuk peduli terhadap perubahan iklim dan bencana. Ketahanan keluarga sangat penting, mengingat selama ini banyak kasus sebenarny bisa diantisipasi, dicegah, dengan penguatan di keluarga. Sebagai negara di daerah cincin api dan pertemuan lempeng dunia, ditambah kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, Indonesia tidak bisa menghindari kemungkinan bencana alam yang terjadi, seperti letusan gunung api, gempa bumi, banjir, cuaca iklim ekstrem, dan tanah longsor.

 

“Kita bisa menurunkan risikonya, misalnya bagaimana mempersiapkan diri cara penanganan awal terhadap semua bencana yang mungkin ada, khususnya bagi perempuan, anak, dan kelompok rentan,” ajaknya.

 

Merespon perubahan iklim, Salmah mendorong LLHPB melakukan kajian dan aksi membangun ketahanan pangan, energi, dan pengelolaan sampah mulai dari keluarga. Karena keluarga menjadi poros utama untuk menyusun generasi emas 2045. Keluarga sebagai madrasatul ula, dimana anak-anak diberi pencerahan tentang tauhid, aqidah, serta muammalah.

 

Pada acara ini, Rosa Vivien Ratnawati, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, mengajak agar ‘Aisyiyah ikut mengupayakan aksi hemat energi, hemat air, dan gaya hidup ramah lingkungan.

 

“Ibu Menteri LHK mencanangkan bagaimana sampah bisa menuju Zero Waste, yaitu langkah 3R (Reduce, Reuse, and Recycle) kita jalankan dengan pemilahan sampah mulai dari sumbernya,” ajaknya.

 

Masyitoh Chusnan, Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah yang membidangi LLHPB, mengungkapkan bahwa penguatan mitigasi bencana dan dampak perubahan iklim untuk perempuan, anak, dan kelompok rentan, menjadi isu strategis yang dirancang di Muktamar 48 ‘Aisyiyah. Sejak awal perempuan harus terlibat dalam membangun resiliensi (ketangguhan) dalam penanggulangan bencana dengan memastikan adanya perspektif dan upaya perlindungan dan pemenuhan hak bagi perempuan, anak dan kelompok rentan.

 

Selain itu, lanjutnya, mendidik dan mengenalkan anak dengan upaya pelestarian lingkungan, merupakan langkah sangat penting, karena dapat membentuk anak berperilaku positif, dan membentuk kesadaran untuk mencegah kerusakan lingkungan.

 

Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Prasinta Dewi, mengajak ‘Aisyiyah memprioritaskan kesiapsiagaan dan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana. “Kita semua bisa ikut serta dalam upaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Mari kita kenali risiko bencana di sekitar kita, dan lakukan latihan bagaimana merespon jika bencana terjadi,” ajaknya.

 

Prasinta menyarankan, persiapan dan pelatihan dilakukan jauh sebelum bencana terjadi. Di akhir sesi presentasinya, Prasinta dan Tim BNPB menjelaskan praktik cara penyelamatan diri sendiri saat terjadi gempa di dalam ruangan gedung. Ibu-Ibu ‘Aisyiyah memperagakan cara yang benar bagaimana posisi kedua tangan dalam melindungi kepala terhadap benturan, hingga cara berlindung di bawah meja.

 

“Pengelolaan dan Pengurangan Sampah di Lingkungan Keluarga dan Masyarakat” menjadi topik diskusi yang diangkat pada agenda Rakernas LLHPB. Direktur Pengelolaan dan Pengurangan Sampah KLHK, Vinda Damayanti Ansjar, menegaskan bahwa pencegahan dan pengurangan sampah strategi dan pendekatannya harus dimulai dari level keluarga.

 

“Saya yakin, dengan The Power of Emak-Emak, Ibu-Ibu ‘Aisyiyah bisa menjadi agen perubahan dan berperan mendorong upaya mencegah, memilah, dan mengolah sampah,” lanjutnya. Gaya hidup ramah lingkungan bisa dilakukan mulai dari kebiasaan mencegah sampah, belanja tanpa kemasan, menghabiskan makanan, memilah sampah dari rumah, hingga mengkomposkan sisa makanan.

 

Menariknya, topik kerukunan umat beragama juga didiskusikan pada forum ini. Ahsan Hamidi, Pegiat Eco Bhinneka, memberi kesempatan kepada perwakilan LLHPB PWA yang memiliki pengalaman dalam merawat kerukunan dan melestarikan lingkungan di komunitasnya untuk sharing pengalaman.

 

“Mari kita selalu membuka diri, membaur, bekerja sama, tepo seliro, dengan kelompok lain. Semoga Ibu-Ibu selalu mempunyai energi baik, melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk ummat banyak. Selalu semangat bergerak, karena persoalan lingkungan dan kerukunan melekat pada hidup kita,” ucapnya.

 

Mutiara Pasaribu, Country Coordinator JISRA Indonesia, mengapresiasi posisi strategis ‘Aisyiyah dalam Inisiatif Bersama untuk Aksi Keagamaan yang Strategis atau Joint Initiative for Strategic Religious Action (JISRA). Keduanya bisa membangun kolaborasi dalam meningkatkan dan menguatkan peran-peran perempuan, terutama yang aktif dalam bidang keagamaan/keyakinan (female faith actors), dalam merawat lingkungan sekitarnya, dan membuka ruang-ruang interaksi sekaligus perjumpaan bagi kelompok berbeda agama dan keyakinan, sehingga dapat membangun rasa saling percaya dan bekerja sama dalam menjaga kelestarian lingkungan.

 

Peran ‘Aisyiyah menjadi lebih strategis lagi dikarenakan mampu membawa suara dan gagasan perempuan, yang selama ini terpinggirkan sehingga lebih terdengar lagi dan diperhitungkan.

 

Salah satu rangkaian agenda penting Rakernas yaitu Penguatan Ideologi tentang Fikih Bencana dan Fikih Lingkungan. “Siapakah yang disebut kelompok rentan itu?,” tanya Budi Setiawan, Ketua Lembaga Resiliensi Bencana (LRB)/ Muhammadiyah Disaster Management (MDMC) PP Muhammadiyah saat memantik diskusi.

 

“Ibu-Ibu harus jadi kelompok tidak rentan, dan memperkuat yang lain. Jadi kalau sudah terorganisasi dan punya pengetahuan, nggak boleh jadi kelompok rentan,” ucap Budi.

 

Cara pandang terhadap bencana, sangat menentukan respon kita. Kalau cara pandang keliru, respon juga keliru. Bencana memang ketentuan dari Allah, tetapi kalau dipahami manusia sebagai hukuman, akan menjadi persoalan. Manusia dikaruniai kemampuan untuk mengelola risiko bencana.

 

Budi menjelaskan, sebelum terjadi bencana, peserta perlu mengetahui potensi bencana di masing-masing wilayahnya, melalui aplikasi INARISK BNPB. Selain itu, sudah mempersiapkan dan berlatih melakukan manajemen kedaruratan, seperti mendata siapa saja yang bisa terkena dampak bencana, agar bisa mempersiapkan bantuan sesuai dengan yang mereka butuhkan.

 

Gatot Supangkat, Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, menjelaskan perihal Fikih Lingkungan. Kalau lingkungan dikelola dengan baik, maka hal itu menjadi mitigasi bencana, dan mengurangi risiko bencana.

 

Dalam siklus 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) yang paling penting dan harus didorong adalah reduksi atau pengurangan sumber sampah. “Bukan lagi menggunakan kalimat ‘Buanglah sampah pada tempatnya’, karena jika ajakannya ‘Buanglah’ itu artinya terus menghasilkan sampah, jadi sebaiknya ‘Tempatkanlah sampah pada tempatnya,” tuturnya.

 

Sidang Rakernas diawali penjelasan arah program sesuai Tanfidz Keputusan Muktamar ke 48 ‘Aisyiyah untuk bidang lingkungan hidup dan bencana. Dilanjutkan penjelasan rencana program kerja LLHPB PP ‘Aisyiyah selama 5 tahun sesuai hasil Rapat Kerja Pimpinan LLHPB.

 

“Program unggulan dan prioritas LLHPB ‘Aisyiyah adalah Green ‘Aisyiyah, sedangkan program sinergi dengan Majelis/Lembaga adalah Qaryah Thayyibah dan Satuan Pendidikan Aman Bencana,” ungkap Rahmawati.

 

Peserta Rakernas kemudian diminta membagi kelompok sidang komisi, yaitu Bidang Lingkungan Hidup dan Bidang Penanggulangan Bencana, untuk mendiskusikan program kerja LLHPB wilayah. Setelah itu, masing-masing LLHPB wilayah menyusun ke dalam matriks program kerja.

 

“Hasil sidang komisi masing-masing bidang akan kita tanfidzkan sebagai keputusan Rakernas LLHPB ‘Aisyiyah, dan akan menjadi acuan penyelenggaraan program kerja LLHPB PWA se Indonesia,” jelas Rahmawati. (*)


Berita ini diterima mediamu.com dari Farah (LLHPB PP ‘Aisyiyah)

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here