Seminar Pra-Muktamar (1): Muhammadiyah Harus Jadi Disruptor di Era Teknologi Digital

Seminar Pra-Muktamar (1): Muhammadiyah Harus Jadi Disruptor di Era Teknologi Digital

Smallest Font
Largest Font

BANTUL – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyelenggarakan Seminar Pra-Muktamar di beberapa Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah se-Indonesia, dari Maret hingga Mei 2022. Pada Rabu (10/3), seminar diselenggarakan di Amphitarium Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bertema “Media, Masyarakat Digital, dan Dakwah Muhammadiyah”.

Muktamar ke-48 Muhammadiyah rencananya diselenggarakan pada 18-20 November 2022. Ajang permusyawaratan tertinggi lima tahunan ini seharusnya dilaksanakan pada pertengahan 2020, tapi diundur karena ada pandemi Covid-19.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Rektor UAD, Dr. Muchlas, M.T., menyambut baik diadakannya acara ini. Ia berharap, diskusi pada seminar dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi penyusunan program-program persyarikatan di muktamar mendatang, terutama mengenai digitalisasi.

Menghadapi tantangan disrupsi teknologi digital saat ini, Muchlas menilai, Muhammadiyah harus memerankan diri tidak hanya merespon secara reaktif, juga melakukan upaya untuk transformasi digital sehingga bisa menjadi pelaku dari transformasi digital di puncak prestasinya sebagai disruptor.

“Sebagai disruptor, kita memerlukan upaya agar bisa mengambil peran signifikan di dalam mempengaruhi pihak lain, khususnya dalam segmen dakwah Muhammadiyah. Agar dakwah kita di era teknologi digital ini semakin efektif,” papar Muchlas.

Dr. H. Agung Danarto, M.Ag., Sekretaris PP Muhammadiyah, mengatakan berkata bahwa forum Seminar Pra-Muktamar sebagai momentum menyadarkan warga Muhammadiyah akan pentingnya menyesuaikan diri di revolusi digital. Sekaligus mengedukasi agar menganggap teknologi digital sebagai sesuatu yang serius, sama halnya dengan mendirikan amal usaha.

“Jika Muhammadiyah tidak berevolusi, tidak menyesuaikan diri, dan tidak mengambil peran, maka tidak hanya tertinggal, juga akan terlindas oleh revolusi itu sendiri,” tegas Agung.

Senada dengan Agung, Ketua PP Muhammadiyah Prof. Dr. H. Dadang Kahmad, M.Si. yang hadir secara daring melihat tema yang diangkat menjadi penting diperbincangkan dan sangat relevan. Tentunya, hal tersebut melahirkan tantangan baru di berbagai hal, termasuk tantangan baru bagi Muhammadiyah.

Dadang mengakui, tantangan di abad kedua ini jauh berbeda dengan tantangan dakwah di abad pertama. Bila di abad pertama bisa berprestasi dengan baik, maka dalam abad kedua ini Muhammadiyah perlu mengambil peran signifikan untuk bisa bermain dan berjuang menjadi yang terbaik untuk kemaslahatan umat. Ia berpesan agar Muhammadiyah merespon perubahan dengan tiga hal, yakni antisipasi, adaptasi, dan inovasi.

“Muhammadiyah harus dengan serius menghadapi perubahan zaman. Karena itu, perlu menghasilkan sistem baru dalam pendidikan juga kesehatan, seperti ruang guru, telemedicine, marketplace, dakwah digital, dan lainnya,” tutur Dadang.

Dadang berharap, seminar bisa menghasilkan output yang penting. Pesan Kiai Dahlan bahwa Muhammadiyah sekarang berbeda dengan yang akan datang, harus beradaptasi dan mengadakan perubahan strategi dan mengusahakan Islam berkemajuan. (*)

Wartawan: Dzikril Firmansyah
Editor: Heru Prasetya

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow