Serambi Buya Syafii Diresmikan, Mata Bunda Nur Berkaca-kaca

Serambi Buya Syafii Diresmikan, Mata Bunda Nur Berkaca-kaca

Smallest Font
Largest Font

SLEMAN – Mata Bunda Nurkhalifah berkaca-kaca. Sesekali tampak menahan dan menghela nafas. Wajahnya terlihat teduh dengan selalu menampakkan senyum.

Kamis (10/11) di depan rumahnya di kompleks Perumahan Nogotirto II Gamping, Sleman, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., meresmikan Serambi Buya Syafii.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Bunda Nurkhalifah adalah istri almarhum Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif atau sering dipanggil Buya Syafii. Serambi Buya Syafii menempati rumah tinggal Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1998-2005 tersebut bersama Bunda Nur.

“Maaf saya tidak bisa berkata apa-apa,” kata Bunda Nur kepada mediamu.com usai acara. Di wajahnya tampak kebahagiaan sekaligus keharuan.

“Pak Syafii disenangi orang, disukai orang, itu saya merasa lega,” tambah Bunda Nur.

Ia mengatakan, menyerahkan rumah tinggalnya sebagai tempat Serambi Buya Syafii dengan setulus hati.

Bunda Nur menceritakan, sejak masih hidup Buya Syafii sudah berpesan tentang hal itu. “Dari Pak Syafii masih sehat (sudah berpesan) kalau saya nggak ada, diserahkan saja ke Suara Muhammadiyah dan Mu’allimin.”

Selama acara berlangsung, Bunda Nur duduk berjejer dengan tokoh senior Muhammadiyah, Muchlas Abror, dan Haedar Nashir di barisan depan. Acara itu juga dihadiri putra Buya Syafii Maarif, Muhammad Hafiz.

Ahmad Syafii Maarif meninggal dunia pada hari Jum’at 27 Mei 2022, dimakamkan di pemakaman Husnul Khotimah milik Muhammadiyah di Dusun Donomulyo, Kapanewon Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo.

Sebelum meresmikan, Haedar Nashir mengatakan, Buya Syafii adalah tokoh demokrasi. Tidak hanya pandai berteori, tapi langsung mempraktikkan dan memberi contoh.

“Beliau kalau dikritik tidak pernah marah. Padahal kritik yang datang kadang-kadang juga kebablasan,” ungkap Haedar.

Jika melontarkan kritik pun, kata Haedar, diksi yang dipakai Buya Syafii sangat keras. “Tapi yang dikritik tidak pernah marah,” katanya.

Haedar mengaku mengenal Buya Syafii sejak tahun 1982, ketika Haedar aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Kemudian, mengenal lebih banyak dan lebih dekat tahun 2000-2005, saat mendampingi Buya sebagai Ketum PP Muhammadiyah dan Haedar sebagai Sekretaris.

Buya, kata Haedar, sering mengaitkan listrik dengan kemerdekaan. “Ketika kampung halaman Buya dialiri listrik, beliau berkata kepada saya ‘Kampung saya sudah merdeka, Dar.’ Saya tersenyum sambil menjawab ‘Kampung saya sudah lama, Pak’,” kisah Haedar.

Serambi Buya Syafii merupakan ruang publik untuk seluruh warga masyarakat yang ingin lebih mengenal Ahmad Syafii Maarif. “Bagi yang ingin mengenal Buya, baik koleksi bukunya dengan karya-karyanya,” katanya.

Serambi ini merupakan program Suara Muhammadiyah melalui Pusdalitbang-nya. Selain ribuan koleksi buku, baik tulisan almarhum maupun yang sering dibaca Buya, juga barang-barang yang tidak bisa lepas dari Buya Syafii. Misalnya sepeda onthel, tongkat, mesin ketik manual, dan koleksi senjata daerah sebagai cendera mata.

“Rumah ini dipinjamkan ke Suara Muhammadiyah sebagai Serambi Buya Syafii selama dua tahun. Insya Allah setelah itu kami sudah siap dengan tempat pengganti,” kata Isngadi Marwah Atmaja, Manajer Pusdalitbang SM, kepada mediamu.com. (*)

Wartawan: Heru Prasetya

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow