Spirit Dakwah Muhammadiyah adalah Rahmatan Lil ‘Alamin

Spirit Dakwah Muhammadiyah adalah Rahmatan Lil ‘Alamin

Smallest Font
Largest Font

YOGYA – Tepat pada tanggal 8 Dzulhijjah 1444 H, Persyarikatan Muhammadiyah menginjak usianya yang ke-114 tahun. Sebagai bentuk rasa syukur, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan Pengajian Tasyakuran bersama Ketua PP Muhammadiyah dr. H. Agus Taufiqurrahman, Sp.S., M.Kes, hari Senin (26/6) di Masjid Islamic Center UAD, dihadiri oleh Rektor Dr. Muchlas, M.T. beserta jajarannya dan seluruh civitas akademika UAD.

Menyambut milad Muhammadiyah, Agus mengajak seluruh jamaah untuk bersyukur dengan sungguh – sungguh agar diberi kenikmatan oleh Allah SWT. Selain bersyukur, milad ini juga menjadi momentum untuk bermuhasabah, mengoreksi apa yang sudah dilakukan dan yang dipersiapkan untuk hari esok.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Terkait muhasabah ini, Umar bin Khattab r.a. pernah berkata: “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah sebelum diri kalian sebelum kalian ditimbang.” artinya, seluruh umat islam diminta untuk terus menghitung, mengoreksi, menilai diri sebelum nantinya akan dihisab oleh Allah di akhirat nanti dan ketika itu terjadi, kita sudah tidak bisa melakukan perbaikan lagi.

“Ketika kita milad, kita juga bermuhasabah. Maka selama masih melakukan perbaikan, mari kita jaga muhasabah itu,” tutur Agus.

Dosen Fakultas Kedokteran UII itu kemudian mengajak seluruh civitas akademika UAD untuk menengok kembali sejarah perjalanan panjang Muhammadiyah, yang didirikan pada 8 Dzulhijjah 1330 menurut penanggalan Hijriah. Pada masa awal berdirinya, Muhammadiyah memiliki 4 bahagian, antara lain: Sekolahan (Ketua: H.M. Hisyam), Tabligh (H.M. Fakhruddin), Penolong Kesengsaraan Oemoem/PKO (H.M. Sudja’), dan Taman Pustaka (H.M. Mokhtar).

Bicara soal PKO -yang sekarang menjadi PKU, Agus menceritakan bahwa pada tahun 1919 ketika Gunung Kelud meletus,  Kyai Sudja’ memimpin relawan kebencanaan, yang kemudian dikenal dengan sebutan “Laskar Kyai Sudja”. Sehingga, dalam rapat di tahun 1920, Kyai Sudja’ ditunjuk sebagai ketua PKO Muhammadiyah saat itu.

Selain PKO, ada bahagian Taman Pustaka yang pada masa itu membuat “Taman Pembacaan oentoek Oemoem” dimana taman baca ini memang dibuat dengan membawa spirit pencerahan untuk masyarakat.

“Jadi, memang gerakan dakwah Muhammadiyah spiritnya adalah agar bisa dirasakan untuk umat dan kemanusiaan universal. Dakwah Muhammadiyah spiritnya adalah rahmatan lil’alamin, ingin membawa Islam yang bisa dirasakan oleh siapapun,” jelas Agus.

Pada bulan Mei lalu, sempat viral topik mengenai “Kristen Muhammadiyah” yang akhirnya dijelaskan bahwa istilah tersebut merujuk pada siswa atau mahasiswa di perguruan Muhammadiyah yang beragama Kristen, dimana mereka merasa beruntung dapat merasakan pendidikan dari Muhammadiyah.

Selain pendidikan, melalui sosial dan kesehatan dakwah Muhammadiyah juga bisa dirasakan oleh masyarakat luas. Bahkan, PP Muhammadiyah berencana membangun rumah sakit di Papua dan Nusa Tenggara Timur. “Untuk memberi dengan nama Islam bisa dirasakan oleh siapapun dan itulah makna dakwah yang membawa spirit rahmatan lil ’alamin,” sambungnya.

Dakwah Muhammadiyah ini juga dirasakan langsung manfaatnya oleh negara, sampai memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada beberapa kader dan tokoh Muhammadiyah sebagai wujud pengakuan dan apresiasi atas perannya kepada bangsa. Mulai dari KH. Ahmad Dahlan, Nyai Ahmad Dahlan, Ir. Soekarno, Jenderal Soedirman, KH. Mas Mansur, KH. Fakhruddin, Ki Bagus Hadikusumo, Buya HAMKA, dan masih banyak lagi.

Di masa kini, Muhammadiyah sedang berupaya untuk internasionalisasi pemikiran dan gerakannya, yang berarti sudah saatnya untuk menyebarkan dakwah berkemajuan ini kepada dunia. Saat ini, ada lebih dari 25 Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di berbagai negara dan sudah beberapa cabang sudah memiliki badan hukum, sehingga bisa mendirikan amal usaha.

Seperti di Malaysia, ada Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) yang berdiri pada 2021 lalu, kemudian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Taman Pengajaran Al Quran (TPA), dan lain – lain. Lalu, di Australia terdapat sekolah yang bernama Muhammadiyah Australia College (MAC), serta beberapa amal usaha di berbagai negara lainnya.

Untuk menutup pengajian ini, Agus memberikan kunci untuk Amal Usaha Muhammadiyah, termasuk UAD, agar dapat mewujudkan spirit Islam berkemajuan.

“Kuncinya adalah dengan menjadi center of excellent-nya Muhammadiyah. Selama UAD ini menjadi bagian dari center of excellent Muhammadiyah, sebetulnya kita telah mengamalkan bagian dari spirit dari Islam berkemajuan itu,” pungkasnya. (*)


Wartawan: Dzikril Firmansyah

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow