Sumbang Ambulans untuk Lazismu, Mbah Tuginem: Harta Tidak Dibawa Mati

Sumbang Ambulans untuk Lazismu, Mbah Tuginem: Harta Tidak Dibawa Mati

Smallest Font
Largest Font

BANTUL – Perjuangan melawan pandemi di negeri ini belum berakhir. Ditandai dengan masih adanya ribuan pasien Covid-19 yang hilir mudik di rumah sakit serta ratusan nyawa yang dipanggil Allah SWT tiap harinya. Kondisi tersebut menggerakkan banyak pribadi untuk berkontribusi dan berbagi, baik dengan pikiran, tenaga, maupun harta benda.

Di antaranya ialah Mbah Tuginem (86), warga Sewon, Bantul. Ia baru saja menyumbangkan satu unit ambulans kepada Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sewon Selatan. Ini akan digunakan Lazismu dan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) untuk kebutuhan warga Sewon dan sekitarnya. Dana pengadaan mobil ini sepenuhnya dari tabungan Mbah Tuginem yang dikumpulkan sejak kecil.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Serah terima unit ambulans dilakukan dalam acara pembukaan Pelatihan Rukti Jenazah yang dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 1 Bantul pada Sabtu 4 September 2021. Selain perwakilan PCM dan PDM, hadir pula antara lain Panewu Kepanewon (Camat) Sewon, Danramil Sewon, Kapolsek Sewon, serta Kepala KUA Sewon. 

“Mungkin terharu, Bu Camat waktu itu langsung membuat semacam tulisan dikirimkan ke Pemkab Bantul, kemana-mana. Lha, dari situ jadi viral,” ungkap Fauzan, Bendahara Lazismu Sewon Selatan, ketika menemani mediamu.com mengunjungi Mbah Tuginem, Kamis pagi (8/9). Kebetulan, Fauzan adalah keponakan Mbah Tuginem.

Sepagi itu laki-laki ini sudah berada di kantor Lazismu di Jalan Bantul, Pendowoharjo, Sewon. Rupanya bagian depan rumahnya itu diwakafkan sebagai kantor untuk lembaga amil Muhammadiyah tersebut.

Mbah Tuginem menceritakan kegiatan sehari-harinya, diawali menyapu halaman dan memberi makan sepasang burung dara pemberian keponakannya. Setelah agak siang, ia membantu para pedagang yang berjualan di halaman kantor Lazismu. “Apa yang bisa dibantu ya saya bantu, kalau nggak bisa ya diam saja,” katanya dalam Bahasa Jawa yang fasih.

Fauzan turut membantu menjelaskan, “Bulik ini karena sudah sepuh, kegiatannya hanya untuk beraktivitas saja.” Maksudnya, sekadar menghabiskan waktu dan memuaskan batin sebagaimana orang tua pada umumnya.

Sebenarnya, pemasukan utama Mbah Tuginem berasal dari hasil sawah. “Kebetulan punya beberapa petak sawah yang dikerjakan orang lain, jadi tinggal nerima bersih gitu,” jelasnya.

Perempuan yang senang mengunyah kinang tersebut mengungkapkan bahwa hibah ambulans yang dilakukannya tidak dalam rangka pamer kekayaan. “Saya punya harta bukan untuk dipamerkan. Saat meninggal kan tidak dibawa. Itu hanya jadi amal,” tuturnya.

Seperti gayung bersambut, bertepatan dengan keinginannya untuk berderma, Lazismu PCM Sewon Selatan juga berencana melakukan pengadaan ambulans.

Sebenarnya, Lazismu sebelumnya sudah memiliki satu unit ambulans. Namun, adanya beberapa kejadian kecelakaan di sekitar Jalan Bantul dan meningkatnya kasus Covid-19 beberapa waktu lalu mendorong PCM mengupayakan satu unit kendaraan baru untuk meningkatkan kinerja Lazismu dan MCCC melayani masyarakat.

Ambulans yang baru saja disumbangkan ini rencananya ditempatkan di kantor Lazismu yang posisinya lebih strategis dekat jalan raya. “Karena kelurahan dan kecamatan belum ada ambulans, harapannya kita bisa berkolaborasi,” jelas Fauzan. Sehingga ke depannya, terdapat pula sukarelawan dari kelurahan-kelurahan yang akan dilibatkan.

Keponakana inilah yang membantu Mbah Tuginem mengatur hibah ambulans tersebut untuk PCM Sewon Selatan. Rumah keduanya yang berdampingan sejak lama membuat Mbah Tuginem dan Fauzan sangat akrab. Saking akrabnya, sang bibi beberapa kali menggunakan sapaan “anak saya” untuk menyebut keponakannya.

“Sejak kecil, kalau saya mau naik sepeda, dia pasti teriak ‘Mau ikuuut!’,” Mbah Tuginem antusias menceritakan masa lalunya.

Perempuan yang lahir sepuluh tahun sebelum proklamasi kemerdekaan ini memiliki ingatan sangat tajam. Ia begitu lancar dan detil mengisahkan situasi kampungnya saat Belanda dan Jepang menjajah Indonesia.

Di usianya yang sudah cukup sepuh, perempuan bersahaja ini masih begitu segar menjalani aktivitas keseharian. Ketika ditanya apa rahasianya, ia menjawab enteng, “Nggak ada. Mpun los.” Tidak ada beban lagi pada hatinya sebab semua urusan telah diikhlaskan dan dipasrahkan pada Yang Maha Kuasa, ia cukup menjalani hidup dengan penuh rasa syukur. (*)

Wartawan: Ahimsa
Editor: Heru Prasetya

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow