MediaMU.COM

MediaMU.COM

Portal Islam Dinamis Berkemajuan

May 9, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Tiga Hal yang Harus Ditentukan Nasyiah Sebelum Melakukan Gerakan

YOGYA – Satu tahun lebih pandemi Covid-19 penduduk miskin bertambah, tapi tidak pernah berarti berhenti berbagi. Kalimat pendek itu diucapkan Hilman Latif mengawali paparannya pada webinar “Khidmat Perempuan dalam Dakwah Kemanusiaan” yang diselenggarakan PP Nasyiatul ‘Aisyiyah, Ahad (18). Sejak diumumkan pertama kali kasus Covid-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020, tercatat lebih dari 1,3 juta warga negara.  

Menurut Ketua Lazismu PP Muhammadiyah ini, pandemi tidak hanya berdampak pada memburuknya kesehatan masyarakat secara kolektif mengubah stabilitas sosial ekonomi masyarakat menjadi semakin terpuruk. Daya beli menjadi rendah lantaran pendapatan menurun namun proporsi pengeluaran naik.

Strategi menghadapi dampak banyak dilakukan. Bagi individu yang kuat akan menciptakan ketangguhan organik, sedangkan kelompok rentan sangat berharap bantuan pemerintah, lembaga social, maupun masyarakat sipil.

Pandemi Covid-19 juga mengajarkan masyarakat dari semua level ekonomi untuk tetap saling berbagi satu sama lain. Memberi bukan lagi dominasi masyarakat mampu, namun sesuai kapasitasnya setiap orang bisa menjadi berarti dengan berbagi.

Ia menyampaikan kepada peserta yang merupakan kader Nasyiah agar dalam melakukan model gerakan ke depan harus berbasis data. Sebagai salah satu pedoman, Hilman Latif menyampaikan ringkasan hasil survei lazizmu selama pandemi. Survei dilakukan dengan partisipasi responden 2025 individu, dilaksanakan rentang Maret-Mei 2021.

Temuan 1. Setelah satu tahun Covid-19, dampak ekonomi paling banyak dirasakan kelompok rentan.

  1. Terjadi penurunan pendapatan pada sebagian besar 69,5% responden, sedikit lebih besar dari presentase Mei 2020 yaitu 66% . Dari prosentase tersebut 76,3% terjadi pada kelompok perempuan dan 62,7% laki-laki.

Penurunan pendapatan ini cenderung terjadi karena sebagian besar sektor informal melakukan rasionalisasi dengan mengurangi jumlah tenaga kerja atau efisiensi gaji selama pandemi sehingga para pekerja atau pelaku usaha menerima penghasilan di bawah dari sebelumnya.

  1. Sebagian besar responden 54% mengaku mengalami kenaikan porsi pengeluaran rumah tangga selama 1 tahun terakhir ini. Sebanyak 69,5% individu yang mengalami kenaikan pengeluaran adalah yang pendapatan rumah tangganya justru mengalami penurunan.

Prioritas pengeluaran banyak dialokasikan untuk kebutuhan pangan 90,8%, kebutuhan papan termasuk pembayaran uang sewa atau listrik 52,6%, dan kebutuhan kesehatan 50,7%. Kebutuhan untuk kesehatan meningkat mengingat pos pengeluaran untuk menangkal Covid-19 juga bertambah. Misal masker, vitamin, dan handsanitizer. Sebanyak 56,3% terjadi pada kelompok perempuan dan 51,6% laki-laki.

Temuan 2 Masyarakat memilki strategi coping yang beragam dalam menghadapi dampak negatif Covid-19. Eksternal helm menjadi kunci ketangguhan

Beberapa strategi coping dalam mengelola masalah akibat menurunnya pendapatan selama pandemi Covid-19.  

  1. Memiliki pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan. Pada kelompok gender yang berbeda, perempuan 39,9% lebih banyak yang memiliki pekerjaan sampingan dibandingkan laki-laki hanya 37,8%.
  2. Memiliki tabungan cadangan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada kelompok laki-laki 42,4% lebih banyak memiliki tabungan cadangan dibandingkan dengan perempuan 39,1%.
  3. Menjual asset/barang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kelompok perempuan 61,2% lebih banyak dibandingkan laki-laki 43,1%. Prosentase yang pernah menjual asset paling besar terjadi pada kelompok yang memiliki tanggungan lebih dari 7 jiwa (64,5%) dan banyak terjadi pada kelompok pendapatan di bawah Rp 3 juta/bulan.
  4. Meminjam uang kepada pihak ketiga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kelompok perempuan 60,3% lebih banyak meminjam uang dibandingkan laki-laki 49,2%. Dari perbedaan strategi coping tersebut cukup signifikan mengingat perempuan secara langsung dihadapkan pada kebutuhan sehari-hari.
  5. Menerima bantuan pemerintah atau lembaga sosial lain. Sebanyak 68% perempuan mengaku pernah menerima bantuan, sedangkan 56,6% laki-laki juga pernah menerima.

Dari data tersebut Hilman merekomendasikan, Nasyiah ke depan dalam melakukan gerakannya harus berbicara tiga hal terlebih dahulu. Pertama, menentukan  platform yang akan diusung dalam hal ini pada konteks merespon dampak sosial ekonomi masyarakat. Kedua, bagaimana menentukan prioritas dan bagaimana mendapatkan komoditi. Ketiga, area sasaran. (*)

Wartawan: Mayda Dwi
Editor: Heru Prasetya

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here