Ustadz Adi Hidayat: Bermuhammadiyah Artinya Ikut Cicit Nabi SAW
YOGYA – Rakernas Majelis Dikdasmen dan Pendidikan Non Formal (PNF) dihadiri da’i kondang, Ustadz Dr (HC). Adi Hidayat, Lc., MA. Kehadiran Wakil Ketua 1 Majelis Tabligh PP Muhammadiyah pada Sabtu (11 Muharram 1445 H bertepatan 29 Juli 2023) di Ballroom SM Tower & Convention Yogyakarta itu untuk mengisi sesi tausyiah “Membangun Pendidikan Islami” di depan peserta.
Ustadz Adi Hidayat menegaskan, poin terbesar dalam bermuhammadiyah adalah berislam. Rumusan besar keislaman dari Nabi Muhammad SAW diaplikasikan sebagai bimbingan, lalu menjadi kurikulum yang diimplementasikan dalam kehidupan dan diberi ruang untuk memudahkan gerak dakwah persyarikatan.
Pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan, juga keturunan dari Rasulullah SAW. Jadi, kata ustadz Adi, ikut Muhammadiyah artinya ikut cicitnya Nabi.
“Muhammadiyah itu organisasi yang punya nasab tersambung dengan Rasulullah SAW. KH. Ahmad Dahlan adalah cicit Nabi yang nasabnya paling jelas di Indonesia. Ini menunjukkan kepedean kita dalam bermuhammadiyah dan ini yang harus ditampilkan,” ujarnya.
Risalah bermuhammadiyah telah dirumuskan dengan presisi tinggi di setiap lapisan kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Tantangannya adalah apa yang harus diserap dari risalah ini, sehingga nilai-nilai pendidikan Islami bukan sekadar nilai panduan kehidupan, tetapi bisa diimplementasikan dalam kehidupan dan diserap di satu majelis Muhammadiyah, yaitu Majelis Dikdasmen-PNF.
Semua nabi dan rasul yang bertugas diutus oleh Allah untuk sebagai pendidik. Maka, Majelis Dikdasmen-PNF mewarisi risalah Nabi sebagai pendidik dengan misi mewujudkan hasil pendidikan yang melahirkan kedamaian, ketentraman, kemajuan disertai kepatuhan dan ketaatan kepada Allah SWT. Seluruh sifat tersebut dirangkai dalam satu kata: Islam.
Ustadz Adi menilai, tujuan atau goal pendidikan Islami bukan hanya mewujudkan manusia unggul. Tapi, tetapi keunggulan dilekatkan dengan sifat-sifat rabbani, karena ada nilai Islam di dalamnya.
“Ketika Anda menghadirkan rumusan kurikulum pendidikan Islami yang ada nilai Islam di dalamnya, maka misi kita ada dua. Bagaimana caranya kurikulum menghadirkan dan menghasilkan sosok anak didik berkualitas, di bidang apapun sukses, hidupnya bahagia, di saat yang bersamaan ketika diminta sholat, dia sholat. Dia kaya karena pendidikannya, tetapi kalau Allah perintahkan zakat, dia zakat,” paparnya.
Dalam pendidikan Islami, mesti ada keseimbangan antara melatih karakter spiritual, intelektual, dan fisikal atau kinerja. Sekarang yang penting bukan hanya ESQ, harus dibarengi kecerdasan untuk menggerakkan tubuh.
“Kalau murid sudah bagus spiritualnya, mantap intelektualnya, fisikalnya teruji dengan ujian itu, baru dikeluarkan ijazah, sebagai konfirmasi dari pengajar yang telah menguji anak ajar. Bahwa dia telah mendapatkan pengetahuan yang matang, teruji, dan siap diimplementasikan dalam kehidupan,” terangnya.
Ustadz Adi yang sering disebut UAH juga menekankan bahwa pembahasan dalam Rakernas kali ini menjadi risalah penting bukan sekadar dalam bermuhammadiyah, tetapi juga mewujudkan nilai-nilai kebaikan yang diridhoi Allah SWT. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow