Webinar LPPA: Dunia Digital seperti Perempatan Jalan

Webinar LPPA: Dunia Digital seperti Perempatan Jalan

Smallest Font
Largest Font

YOGYA – Webinar “Literasi Digital” diadakan Lembaga Penelitian dan Pengembangan ‘Aisyiyah (LPPA) PP ‘Aisyiyah bersama LPPA Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah DIY dan Kementerian Komunikasi dan Informasi RI, Ahad (19/9).

Pertimbangannya adalah pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini, terutama di Indonesia, sehingga masyarakat harus memanfaatkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Karena itulah Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah melalui LPPA mengadakan webinar “Literasi Digital: Cerdas Berkemajuan”.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Webinar kali ini diikuti 324 orang peserta perwakilan ‘Aisyiyah di tingkat wilayah hingga ranting. Selain itu, diikuti pula para pendidik dan sejumlah kalangan lainnya.

Sebagai keynote speaker dalam webinar ini adalah Bukik Setiawan (Influencer dan Ketua Yayasan Guru Belajar), dengan narasumber Dra. Siti Syamsiyatun, M.A., Ph.D. yang mengupas masalah etika digital, Mariana Ulfah, M.Si. berkaitan budaya digital, Dr. Dini Yuniarti, M.Si. menyoal keamanan digital, serta Khusnul Hidayah, S.E., M.Si. membahas cakap digital.

Bukik Setyawan dalam keynote speech-nya menggambarkan dunia digital seperti perempatan jalan, di mana terdapat banyak informasi dan kesempatan, juga ada risiko dan ancaman yang menyertai.

“Artinya, di dunia digital banyak sekali godaan yang datang. Jadi, kita harus mampu mengatur kemampuan kita dalam memanfaatkan dunia digital ini,” ucap Bukik.

Kegiatan yang dipandu Miftahush Shalihah, S.S., M.A., M.Hum. sebagai moderator, diawali pemaparan materi “Etika Digital” oleh Siti Syamsiyatun.

Menurut Siti Syamsiyatun, ada etika yang harus ditaati saat menggunakan media digital. “Sebab, etika tersebut bertujuan membantu dalam mengatur batasan sikap dan perilaku di ranah media, termasuk saat bersilaturahmi,” katanya.

Nabi Muhammad SAW, kata Siti Syamsiyatun, juga berpesan untuk terus berakhlakul karimah. “Bahkan di era digital sekalipun,” tandasnya.

Seperti dikatakan Siti Syamsiyatun, Fikih Informasi salah satunya membahas mengenai aturan penyampaian informasi. Yaitu, harus menggambarkan narasi atau kisah dan berita yang benar. Bahkan, Islam memberi sinyal bahwa kemajuan teknologi juga bisa berdampak negatif karena dapat membawa kemudahan dalam menyebarkan berita bohong, membuat fitnah, dan provokasi.

Karena itulah, kata Siti Syamsiyatun, dalam Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 9 dijelaskan mengenai pentingnya klarifikasi (tabayyun) ketika menerima berita.

Kemudian, ketika sampaikan materi “Budaya Digital”, Mariana Ulfah menuturkan bahwa kemajemukan di dunia digital menjadi sunatullah dan keuntungan dalam berkomunikasi.  Namun, terdapat beberapa hal yang mengancam kemajemukan itu sendiri, entah berupa intoleransi, individualistis, serta munculnya haters dan buzzer.

Bagi Mariana Ulfah, ancaman tersebut bisa disebabkan oleh tidak dapatnya menentukan sikap, karena kurangnya literasi budaya digital.

Ia juga memaparkan karakter penerima kemajemukan di dunia digital, antara lain sadar akan perbedaan watak, sikap dan sifat, menghargai orang lain, berpikir positif, menyaring apa yang akan diposting, bersikap baik dalam grup percakapan, konten, maupun komentar.

Dini Yuniarti dalam materi “Keamanan Digital”, menyampaikan dua sisi media digital. Sisi positif, dapat menjadi sarana belajar, berkomunikasi, koordinasi, bisa mengasah keahlian, berwirausaha, dan hiburan.

“Namun, terdapat sisi negatifnya, mulai dari kecanduan, mengurangi interaksi sosial antaranak dengan keluarga, tumbuh kembang jadi terkendala, pornografi dan mengganggu privasi,” ungkapnya.

Maka dari itu, literasi digital keluarga sangat dibutuhkan. Dengan konsep yang digunakan melalui praktik literasi yang melibatkan orang tua, anak dan anggota keluarga lainnya di rumah.

Bagi Dini, literasi digital pada anak juga tidak terfokus pada proses interaksi anak dengan media digital. Tapi juga, bagaimana interaksi tersebut berkontribusi pada aspek tumbuh kembang anak.

Khusnul Hidayah ketika menyampaikan materi “Kecakapan Digital” menekankan pentingnya digital skills sebagai dasar dari literasi digital itu sendiri. Artinya, memiliki kemampuan di bidang digital dengan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas.

Khusnul juga menyampaikan berbagai kecakapan digital yang harus dikuasai untuk dapat bertahan, antara lain cermat membaca perubahan, melihat peluang, adaptif, mau belajar hal baru, optimis, tangguh, dan pantang menyerah.

Terlebih di era pandemi Covid-19, para pelaku UMKM harus bisa berekspansi ke ranah digital dengan menambah jenis saluran penjualan dan pemasaran. (*)

Wartawan: Dzikril Firmansyah Atha Ridhai
Editor: Affan Safani Adham

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow