Muhammadiyah Bak Pesenam, Luncurkan Sikuvid dan Sikevid
YOGYAKARTA — Bak pesenam, gerakan Muhammadiyah sangat aktif, kreatif, dinamis, dan tetap memperlihatkan keindahan dalam segala bidang yang memberi manfaat kepada masyarakat. Pun demikian ketika merespon wabah virus corona. Dengan demikian organisasi yang tersebar secara nasional dan internasional ini semakin terlihat berbeda dibandingkan ormas lain.
Setelah membuka rumah sakitnya untuk merawat pasien Covid-19, membantu masyarakat terdampak Covid-19, dan lain-lain, kini Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah membuka Sikuvid dan Sikevid.
Sikuvid adalah Senarai Perilaku Masa Pandemi Covid-19, sedangkan Sikevid adalah Senarai Kecemasan Diri Masa Pandemi Covid-19. Keduanya sebagai alat untuk mengukur kondisi kesehatan fisik dan psikis masyarakat. Launching dilakukan Sabtu 25 April 2020.
Sikuvid dan Sikevid adalah program berkelanjutan dari Layanan Dukungan Psikososial (LDP) MCCC yang diluncurkan 30 Maret 2020. Pelaksanan LDP secara daring melibatkan 60 psikolog dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia dengan jangkauan layanan dari Aceh sampai Papua.
Model layanan berupa konseling secara daring setiap Senin-Ahad dengan teknis seorang psikolog menangani seorang klien dalam durasi waktu 30 menit. Layanan ini dapat dilakukan hingga tiga kali konsultasi atau sesuai kebutuhan dan bersifat gratis.
Hingga saat ini sudah ada 68 orang melakukan konsultasi ke LDP, dengan rincian 63 WNI dan 8 WNA. Mayoritas permasalahan terkait Covid-19 dampak pada kondisi kejiwaan sehingga menyebabkan depresi bahkan ada yang ingin bunuh diri.
Sedangkan Sikuvid dan Sikevid merupakan alat untuk mengukur kesehatan fisik dan psikis masyarakat. Alat ini berupa ceklis/senarai yang dapat digunakan relawan secara fleksibel dan mandiri dengan tetap menghormati etika profesi yang berlaku serta tidak harus diberikan psikolog.
Alat ini dibuat karena program preventif, promotif, dan kuratif yang muncul di lapangan untuk mengukur seberapa besar risiko masyarakat terpapar virus serta kondisi psikologis masyarakat. Alat ini juga dapat digunakan untuk memudahkan dalam memetakan kondisi masyarakat terkait risiko terpapar virus dan kecemasan.
Jika ditemukan indikasi risiko dan kecemasan tinggi kemudian dilakukan sisi kuratif dengan memberikan konseling serta segera merujuk kepada Puskesmas/RS terdekat bagi yang risiko tinggi terpapar virus.
“Ini sekaligus dapat menjadi inisiasi untuk melakukan preventif dan promotif di titik-titik mana yang dibutuhkan, sehingga akan dapat terpantau segera,” ujar Ratna Yunita Setiyani S, M.Psi., Psikolog, dari LDP MCCC.
Sikuvid dan Sikevid disusun Ratna Yunita Setiyani yang merupakan Koordinator LDP MCCC PP Muhammadiyah didukung Budi Santoso, Dr. Ugung Dwi Ario W, M.Si., Psikolog (UM Purwokerto), dengan melibatkan professional judgement (Elli Nur Hayati, M.PH., Ph.D., Psikolog/UAD), Lusi Nuryanti, M.Si., Ph.D., Psikolog (UMS), M. Salis Yuniardi, M.Psi., Ph.D., Psikolog (UM Malang)).
“Jika kami membuat skala uji coba sendiri kami butuh waktu lebih lama, sehingga tentu tidak akan sesuai dengan tujuan semula karena masyarakat sudah menunggu adanya sebuah alat yang dapat dipakai relawan,” jelasnya.
Uji validitas Sikevid menggunakan panduan PPDGJ dengan merujuk referensi Scully tentang tanda-tanda kecemasan. Sedangkan untuk item pertanyaan tetap mempertimbangkan favorabel dan unfavorable. Semuanya dibuat dengan prosedur ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. (hr)
Bahan: Rilis Budi Santoso, S.Psi., Tim Media MCCC PP Muhammadiyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow