Rancang Bangun Filsafat Pendidikan Muhammadiyah
PURWOKERTO — Dalam Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah yang bertajuk “Pendidikan Holistik: Ijtihad Muhammadiyah Abad Kedua” di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) , Dr. Robby H Abror menjadi salah satu pembicaranya. Ia dikenal sebagai seorang ahli filsafat di Muhammadiyah selain Profesor M. Amin Abdullah.
Kerangka Filsafat Pendidikan Muhammadiyah
Dalam paparannya, ia mengatakan bahwa jika ada orang yang menganggap filsafat adalah bagian diluar kerangka berpikirnya, maka ia akan sulit diajak berfikir secara filosofis. Maka, bersama Profesor Munir Mulkhan, ia mencoba merumuskan filosofi pendidikan Muhammadiyah. Hal itu dikarenakan sekolah Muhammadiyah berjumlah begitu banyak, namun belum ada filosofi pendidikan yang terstruktur.
Robby memberikan contoh negara-negara yang sudah membangun filosofi pendidikannya dengan baik, antara lain Turki, Iran, Maroko, dan Mesir. Maroko secara fisik masih tertinggal jauh dari Indonesia. Namun, mereka punya formula didalam filosofi Pendidikan, sehingga mereka menjadi ungggul. Pendidikan di Maroko berhasil melahirkan tokoh sekaliber Muhammad Abid Al-Jabiri.
Penulis buku Jejak-jejak Filsafat Pendidikan Islam ini mengatakan bahwa ia ingin menanam pohon filsafat di kebun Muhammadiyah. Proyeknya ini ia lakukan bersama Munir Mulkhan. Sebenarnya hal ini sudah ada benihnya, bahwa orang Muhammadiyah itu tahan banting dan ikhlas beramal. Tetapi tidak cukup dengan itu, filsafat pendidikan harus dirumuskan. Ia mengatakan:
“Setiap kebaikan yang ditanam, dijaga, dirawat, dan dikembangkan dengan baik, dengan kesadaran, kesabaran, keuletan, ketekunan, dan kebersamaan, akan menghasilkan kemajuan yang tak terbayangkan dan membanggakan.”
Ini adalah rahasia kebesaran Muhammadiyah dalam membangun amal usaha. Orang lain melihat Muhammadiyah sebagai organisasi yang luar biasa, yang memiliki ribuan sekolah dan rumah sakit. Namun, di dalam tubuh Muhammadiyah sendiri, para aktivisnya bekerja dengan luar biasa keras.
Di hadapan seluruh peserta seminar, Robby menegaskan bahwa ia mencoba untuk menawarkan beberapa konsep. Dalam sebuah sistem pendidikan, ada kesadaran untuk merawat dan mencintai tradisi keilmuan Islam. Menurutnya, buku-buku para filosof muslim sangat perlu untuk dibaca. Di antaranya adalah filosof muslim seperti Ibn Thufail, Ibn Rusyd, dan Imam Al-Ghazali.
Selain itu, kita terkendala oleh stigma bahwa belajar filsafat atau tasawuf itu dapat membuat seseorang menjadi kafir. Ia menegaskan, “maka, kita jangan terlalu alergi dengan itu. Bahkan tidak boleh alergi. Kemudian mulai sepenuhnya untuk membangun rumah pengembangan ideologi Islam dan Muhammadiyah.”
Lima Produk yang Ditawarkan oleh Robby
Robby ingin Pendidikan Muhammadiyah melahirkan sosok seperti ideolog tulen bapak Haedar Nashir. Bagaimana mencetak kader yang cara berjalannya Muhammadiyah, cara berbicaranya Muhammadiyah, dan lain-lain. Filsafat pendidikan ini setidaknya melahirkan lima hal, yaitu:
Pertama, menurut dosen Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga ini, akan lahir ilmuwan muslim yang mencintai agama dan ilmu-ilmu agama Islam, yang tidak alergi dengan filsafat dan tasawuf.
Kedua, punya kesadaran sebagai ulul albab. Bahwa nabi berderai air mata ketika menerima wahyu tentang ulul albab. Ilmuwan yang ulul albab adalah ilmuwan yang seimbang antara berdzikir dan berfikir.
Ketiga, fokus pada keilmuan Islam dan filsafat, tanpa tergoda dengan pragmatisme politik.
Keempat, lahir ilmuwan yang rendah hati dan berwawasan luas.
Kelima, ilmuwan yang siap mendedikasikan hidupnya untuk Allah dan ilmu pengetahuan. Hal Ini memang tidak mudah. Bahwa dewasa ini kebahagiaan diukur dari apa yang tampak.
Robby melanjutkan “filsafat itu mudahnya begini, bagaimana agar warga Muhammadiyah itu tidak malas untuk berfirkir keras, menjaga, dan membaca tradisi keilmuan dalam khazanah Islam. Sebenarnya apa yang kita bahas hari ini sudah dibahas orang. Kita hanya membungkus dengan bungkus yang baru,” ucapnya.
Ia mencontohkan dengan Pendidikan di Iran. Untuk sampai pada tahap mujtahid, seorang ulama perlu 25 tahun penuh untuk belajar agama, baik fikih, filsafat, tafsir, akidah, dan bahasa. Jika kita tekun dengan model seperti ini, maka kita akan menjadi orang yang luar biasa.
Seperti Ibnu Sina yang mampu menulis Qanun fi Thib, sehingga disebut sebagai bapak kedokteran. Jadi harus ada kesungguhan di dalam diri kita untuk mendialogkan antara ayat-ayat Allah yang kita baca, kita pahami maknanya, kemudian kita kontekstualisasikan dengan alam pendidikan.
Reporter: Yusuf R Yanuri
Sumber: https://kalimahsawa.id/robby-abror-rancang-bangun-filsafat-pendidikan-muhammadiyah/
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow