Inilah Testimoni Putri, Cucu, dan Cicit Generasi Awal Muhammadiyah

Inilah Testimoni Putri, Cucu, dan Cicit Generasi Awal Muhammadiyah

Smallest Font
Largest Font

JAKARTA – Dibentuk akhir 2020, Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM) Jenderal Sudirman merupakan ranting yang area dakwahnya di wilayah perkantoran Jalan Sudirman-Thamrin dan Kuningan, Jakarta. Keberadaan dan ruang lingkup menjadikannya memiliki titel sebutan “istimewa”.

Berdekatan dengan momen Milad ke-109 Muhammadiyah, PRIM ini engadakan kegiatan diskusi bertema “Kisah di Balik Berdirinya Muhammadiyah 109 Tahun Lalu”, Ahad malam (21/11). Kegiatan secara virtual ini dibuka dengan sambutan Agus S. Djamil, Ketua PRIM Jenderal Sudirman.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Narasumber yang dihadirkan adalah keturunan tokoh-tokoh awal berdirinya Muhammadiyah. Mereka adalah Assoc. Prof. Munichy Bachron Edrees (cicit KH Ahmad Dahlan), Uswatun Hasanah Hadjid (putri KRH Hadjid), serta Dr. Achmad Poernomo Djarnawi (cucu Ki Bagus Hadikusumo).

Laporan kami sajikan dalam bentuk tutur para narasumber.

Munichy Bachron Edrees

Muhammadiyah terus berkembang hingga hari ini dengan amal usahanya. Salah satu yang berpengaruh adalah keteladanan KH Ahmad Dahlan yang ditunjukkan kepada kaum mudanya. Karena itulah semangat juangnya terus terwariskan hingga sekarang.

Pendidikannya melalui keteladanan, tidak hanya baca-baca lewat buku. Kiai Dahlan sangat teguh dalam memegang prinsip Al-Qur’an dan hadits.

Salah satu hal yang menjadi keprihatinan beliau adalah bahwa Al-Qur’an hanya akan menjadi sebuah tulisan dan sebatas hapalan. Padahal Al-Qur’an itu wahyu, firman Allah. Keutuhan Al-Qur’an akan betul-betul terasa ketika sudah sampai diamalkan.

Kiai Dahlan selalu berusaha menyuarakan kebenaran yang diyakini meskipun banyak tantangan. Salah satu bukti ketika membantu masyarakat sembuh dari penyakit TBC alias tahayyul, bid’ah, khurofat.

Beliau juga pernah mengajukan “protes” terkait arah kiblat Masjid Gede Kauman yang tidak ada orang lain sebelumnya pernah berpikir untuk melakukan. Namun nyatanya, KH Ahmad Dahlan berani melakukan. Meskipun begitu beliau tetap dikenal sebagai pribadi yang terbuka dan egaliter, tidak merasa benar sendiri.

Uswatun Hasanah Hadjid

(KRH Hadjid adalah salah satu murid KH Ahmad Dahlan yang dikenal rajin mencatat)

Salah satu catatan ayah yang berisi falsafah pendiri Muhammadiyah: “Semua orang itu dalam keadaan kebingungan, kecuali mereka yang berilmu. Yang berilmu pun dalam keadaan galau, kecuali mereka yang mengamalkan ilmunya itu. Setelah itu, mereka masih dalam keadaan khawatir, kecuali mereka yang ikhlas mengamalkan ilmunya itu.” Kalimat tersebut terdapat pada halaman pertama catatan KRH Hadjid.

Istri KRH Hadjid, Siti Wasilah, juga murid KH Ahmad Dahlan. Keduanya sama-sama rajin mencatat. Siti Wasilah juga dikenal bagus kalau baca Al-Qur’an sehingga sering diminta mengisi di acara-acara. Sampai ada gurauan, “Kalau di pengajian yang baca Qur’an Siti Wasilah, nanti pemuda-pemuda pada datang.”

Siti Wasilah memiliki peran dalam berdirinya organisasi Nasyiatul ‘Aisyiyah serta dibangunnya Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah pertama. Ini pertama mengajarkan agama di sekolah-sekolah..

Tokoh-tokoh ‘Aisyiyah sangat berperan dalam Kongres Perempuan I yang dilaksanakan pada 1928. Di antara mereka adalah Siti Hayinah yang nantinya ditunjuk sebagai salah satu penanggung jawab majalah kongres. Siti Munjiyah turut memberikan pidato mendayu-dayu.

Usia panjang Muhammadiyah hingga hari ini dikarenakan nyaris semua warga ‘Aisyiyah punya semangat lillahita’ala. Meski bukan berarti terus selalu tombok bila berkegiatan. Malah di sini fenomena persatuan betul-betul terasa, sering membantu dan berdonasi satu sama lainnya.

Achmad Poernomo Djarnawi

Ki Bagus Hadikusumo merupakan tokoh Muhammadiyah yang telah dikenal memiliki pengaruh besar dalam proses persiapan kemerdekaan Indonesia.

Hal yang mungkin belum diketahui banyak orang, bahwa pada awal-awal sidang persiapan kemerdekaan, Ki Bagus sebenarnya telah memberikan pidato mengenai konsep dasar negara. Itu dilakukan sebelum ketiga tokoh yang kita kenal menawarkan konsep dasar negara.

Ini adalah pidato yang sangat bagus. Sekarang pidato tersebut sudah dimasukkan ke risalah sidang milih sekretariat negara. Setelah Ki Bagus berpidato, Soekano menangkisnya dan memberikan tawaran Pancasila (5 sila) dengan sila “Ketuhanan” di bagian paling akhir.

Ki Bagus yang tidak bersepakat atas itu, segera mendekati Soekarno. Bahkan dikatakan sampai menangis. Dalam diskusi lanjut, akhirnya disampaikan kalimat “Ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Meskipun awalnya sulit, Ki Bagus akhirnya lolos setelah berulang kali revisi.

Hingga pada sidang Panitia Sembilan, hasil yang disepakati sila pertama adalah mengenai ketuhanan. Hasil komprominya adalah adanya sila pertama antara keluarga Islam dan keluarga yang tidak mau berbasis agama.

Muhammadiyah mengapa bisa bertahan sampai sekarang? Kuncinya cuma dua. Satu, menjadi ikhlas. Dua, semangat “hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan cari hidup di Muhammadiyah” betul-betul dipegang.

Perjalanan Muhammadiyah mengalami berbagai persoalan. Salah satu contohnya ialah perdebatan antara kaum tua dan kaum muda yang menghasilkan putusan agar ada yang mundur dari jabatan struktur.

Tidak hanya itu, pernah juga perdebatan terjadi antara tokoh seperti Buya Hamka dan lainnya. Buya menyampaikan bahwa Muhammadiyah tidak perlu unjuk gigi di panggung politik. Keputusan finalnya adalah rencana Buya Hamka dan tokoh yang berseberangan dengannya untuk mengundurkan diri.

Namun, itu tidak terjadi. Muhammadiyah itu organisasinya yang didahulukan, kepentingan pribadi di belakangan. (*)

Wartawan: Ahimsa W. Swadeshi
Editor: Heru Prasetya

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow