Nasyiatul ‘Aisyiyah Siap Bahas Isu Memajukan Perempuan di Muktamar XIV

Nasyiatul ‘Aisyiyah Siap Bahas Isu Memajukan Perempuan di Muktamar XIV

Smallest Font
Largest Font

BANDUNG – Salah satu organisasi otonom Muhammadiyah, yaitu Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA) akan melaksanakan Muktamar XIV pada tahun 2022 ini. Muktamar XIV NA akan berlangsung pada 2 – 4 Desember, di Bandung, Jawa Barat, dengan mengusung tema: “Memajukan Perempuan, Menguatkan Peradaban”.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul ‘Aisyiyah (PPNA) Diyah Puspitarini mengatakan jika Muktamar XIV NA semula direncanakan berlangsung pada tahun 2020. Namun, harus tertunda dikarenakan pandemi covid-19 sedang melanda dunia saat itu, sehingga kondisinya tidak memungkinkan untuk melaksanakan Muktamar secara offline atau luring.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Selain itu, Diyah menambahkan tidak mungkin juga dilaksanakan secara online atau daring, karena baginya muktamar lebih dari sekadar forum musyawarah atau menyelesaikan tanggung jawab semata.

“Karena muktamar sejatinya tidak sebatas menyelesaikan tanggung jawab, tetapi juga ada forum yang lebih besar, yakni ukhuwah dan gembira bersama seperti halnya Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke – 48 di Solo kemarin,” ungkap Diyah dalam Doorstop Afiliasi Jelang Muktamar XIV Nasyiatul ‘Aisyiyah, Rabu (30/11).

Maka dari itu, seluruh kader Nasyiah harus menunggu dua tahun lamanya, hingga Desember 2022 ini, untuk bisa melaksanakan muktamar secara luring, didukung dengan kondisi wabah covid-19 sedang menurun kasusnya.

Kemudian, Diyah juga menjelaskan makna dari tema Muktamar XIV yang diangkat oleh PPNA, yaitu “Memajukan Perempuan, Menguatkan Peradaban” yang terdapat dua makna di dalamnya.

Pertama, memajukan perempuan bermakna bahwa saat ini bukan berarti perempuan ini mengalami ketertinggalan. Bahkan,saat ini perempuan sudah diberi ruang aktualisasi yang lebar dan besar.

Namun, Diyah menilai masih ada aspek yang tertinggal, seperti hak perempuan, angka kekerasan dan perceraian tinggi, hingga banyak yang di-PHK saat pandemi. Aspek – aspek tersebut, tentu memerlukan perhatian semua pihak.

Menurutnya, memajukan berarti tidak hanya persoalan pikiran, tetapi secara action dan sikap dari apa yang bisa dibuktikan melalui kontribusi nyata oleh para perempuan

“Ini semua kami menganggap bahwa upaya untuk memajukan perempuan ini tidak sekadar teori saja. Sejak awal didirikannya, Nasyiatul aisyiyah memiliki tujuan yang mulia, yakni memberikan ruang gerak bagi putri islam dan Muhammadiyah dan perempuan muda Muhammadiyah untuk bisa berkiprah dalam berdakwah amar ma’ruf nahi munkar,” jelas Diyah.

Kemudian, menguatkan peradaban ini maknanya sangat luas dan tidak mencakup sebatas skala lokal saja. Peradaban, selain luas juga memiliki ruang waktu yang cukup lama. Dari sini, Diyah menekankan jika peradaban tidak sebatas pada apa yang dilakukan perempuan saja dan juga tidak dilihat dari kesuksesan bangunan, ilmu pengetahuan atau sebagainya. Tetapi terbentuk dari banyak hal seperti memajukan kualitas perempuan itu sama halnya dengan menguatkan peradaban itu sendiri.

Dalam rangka menjelang satu abad Nasyiatul ‘Aisyiyah, ada pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. “Kami memiliki pesan kepada masyarakat terkait menjelang satu abad Nasyiatul ‘Aisyiyah,  saat ini berusia 91 tahun, kami memerlukan perencanaan dan persiapan dan kerjasama berjejaring dengan berbagai pihak,” tutur Diyah.

Salah satu agenda yang dirintis pada periode ini dan akan dilanjutkan pada periode berikutnya adalah internasionalisasi Nasyiatul ‘Aisyiyah. Internasionalisasi ini sebagai bagian dari memposisikan NA di skala internasional atau global.

“Ini menjadi jawaban atas revolusi industri yang menuntut setiap perempuan muda harus memiliki kemampuan dan peran yang cukup strategis di berbagai bidang,” terang Diyah.

Sementara itu, pemilihan Bandung sebagai lokasi Muktamar XIV ini juga memiliki makna historis bagi Nasyiatul ‘Aisyiyah. Sebab, di Kota Kembang inilah, Nasyiatul ‘Aisyiyah resmi menjadi organisasi otonom Muhammadiyah.

“Muktamar kali ini memiliki kesan historisitas karena pada Muktamar ke – 36 Muhammadiyah di Bandung tahun 1965, Nasyiatul ‘Aisyiyah yang masih menjadi bagian dari ‘Aisyiyah resmi menjadi ortom. Tahun itu adalah dimana kondisi negeri sedang tidak baik – baik saja,” ujar Diyah.

Pada tahun itu juga, Muktamar tersebut sudah membuktikan bahwa Muhammadiyah memberi ruang yang besar pada perempuan, termasuk perempuan muda Muhammadiyah di Nasyiatul ‘Aisyiyah.

“Itulah sisi historis kenapa Bandung dipilih menjadi tuan rumah Muktamar XIV pada tahun 2022 ini,” pungkasnya. (*)

 Wartawan: Dzikril Firmansyah

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow